Saturday 3 July 2010

Gairah Istri Tercinta

Aku seorang suami umur 39 tahun dan istriku berumur 40 tahun. Kami mempunyai anak 2 orang, 1 perempuan dan satu laki-laki. Walaupun kami sudah berumur tapi kehidupan sex kami sangat memuaskan. Kami selalu berhubungan sex. Istrku memang berumur 40 tahun tapi bodynya tanggung sexy dan terawat masih kelihatan seperti umur 30 tahun. Aku berpikir untuk memberikan sesuatu yang lain kepada istriku, yaitu aku ingin kami bercinta dengan satu orang lain, bertiga. Dan ini aku sampaikan kepada istriku sebut saja namanya Rina. Namaku sendiri Ricky. Pertama-tama Rina tidak setuju, tetapi setelah ku bujuk-bujuk kukatakan. "Mah, ini kita lakukan untuk happy kita saja sayang". "Yah, pah tapikan saya malu bercinta dengan orang yang belum pernah saya kenal". "OK, sayang lupakan semua, yang penting saat itu kita mencapai kepuasan. Bagaimana sayang?", setelah kubujuk akhirnya Rina setuju. "Terserah papah ajalah." Aku lalu mencium istrku, dan malam itu kami bercinta dan kami melakukannya sampai pagi. Waktu berjalan terus, sementara aku terus mencari orang yang cocok untuk kami aja bergabung. Suatu hari aku berkenalan dengan seorang guru instruktur senam di kota kami. Namanya Herman. Orangnya ganteng umurnya masih 26 tahun badanya pun sangat atletis. Beberapa kali pertemuan aku menyampaikan apa rencana kami kepada Herman, dan kulihat dia tidak terkejut. "Biasa Mas, aku pernah melakukan ini dengan pasangan lain," cerita herman. Oh aku sangat senag sekali, ternyata Herman sangat berpengalaman. Maka kami ataur rencana, Ini akan kami lakukan disalah satu hotel terkenal dikota kami. Hari Sabtu siang Rina dan aku ngobrol berdua diruang tamu. "Mah, aku kok rasanya kepengen kita tidur dihotel berdua saja malam ini", Rina menyambut dengan hangat. "Boleh juga tuh Mas, hitung-hitung bulan madu," katanya. Kami sepakat memilih Hotel "S" untuk menginap nanti malam. Sesampai dihotel setelah menyelesaikan administrasi hotel, lalu kami masuk kamar hotel. Rina langsung rebahan diatas tempat tidur yang cukup besar. Sedangkan aku masuk kedalam kamar mandi untuk menelpon Herman, dan kami beri tahu nomor kamar dan jam berapa dia harus datang. Didalam kamar aku dan Rina ngobrol dan sekali sekali kami berciuman, Aku meremas payudara Rina dari balik bajunya sambil terus menciumi leher jenjangnya. Rina mendesah, "aaahh... mas....." sambil berciuman tanganku masuk kebalik baju yang dipakainya. "Mas?...... aku mau Mas...!" Rok yaand dipakai Rina sudah naik sampai memperlihatkan paha Rina yan mulus dan putih, Dan tanganku mengelus-elus lembut memek Rina dari balik celana dalamnya dan aku merasakan cairan kemaluan istriku sudah mulai keluar... yah... oh.... terus Mas..... yahhh... atatasnya sayang..." Tiba2 pintu diketuk dari luar. Kami buru2 merapihkan pakain kami, biasa Rina sambil ngomel,"siapa sih, ngegangu aja?" Aku membuka pintu, Herman sudah didepan pintu dengan kaos ktetnya memperlihatkan tubuhnya yang atletis. "Siappa pah?" tanya istrku dari dalam. "Ini kenalkan teman papah, tadi telpon kebetulan dia ada di hotel ini, jadi papah suruh mampir saja." "Ini Rina istriku," "Aku Herman mbak," sambil menyalami istriku. Istriku banyak diam, mungkin kesel karena nanggung tadi. Sambil memeluk Rina aku berkata kepada Rina. "Mah, Herman ini yang akan bergabung dengan kita untuk bercinta. Rina sedikit kaget, tapi setelah kutenangkan dia dapat menerimanya. Sambil ngobrol sekali-kali aku mencium Rina, pertama-tama Rina sanagt risih, tapi lama lama aku dapat merasakan Rina mulai terbiasa, malah membalas ciuman aku. Herman tersenyum melihat kami berciuman. Aku melihat istriku melirik Herman pada saat kami berciuman. Hernan masih duduk disofa sementara kami duduk dipinggir tempat tidur berpelukan menghadap kesofa dimana Herman duduk. Samil berciuman aku meraba-raba paha mulus istriku. Dan Rina melebarkan kakinya sehingga Herman dapat dengan jelas melihat paha bagian dalam Istriku dan celana dalam Rina. Herman berdiri menghampiri kami dan jongkok didepan kami. Sementara aku dan Rina terus berciuman dan pelan aku membuka satu persatu kancing kemeja Rina, dan terbukalah dadanya dengan BRa warna hitamnya.Tiba-tiba Rina tersentak, Rupanya Herman menciumi paha istriku, Rina menegang jilatan Herman terus merambat keatas menyentuh celana dalam istriku. Sementara aku sudah melepas beha Rina dan menciumi sambil menjilati puting teteknya. "ooooohhh..... yahhhhhh... enak enak Her......jilati memek mbak Her...???" MUlut istriku terus merengek-rengek meminta Herman untuk menjilat memeknya. Aku merebahkan Rina ditempat tidur sementara kakinya masih menjuntai kebawah dan Herman terus menjilat dan menciumi selangkangan istriku. Rina melebarkan kakinya dan meminta Herman untuk membuka celana dalamnya. "Iyah.... terus Her.... buka celana dalam Mbak.... jilati memek mbak oooohh.... Mbak mau kontol mu......." Herman lalu membuka celana dalam Rina..... dan kelihatanlah memek istriku dengan bulu yang rapih terawat dan berkilat, menandakan Rina sudah sangat terangsang. Istriku sekarang sudah telanjang didepan dua laki-laki yang siap untu memberikan kepuasan kepadanya. Rina tergolek pasrah sementara kakinya tetap menapak di lantai sehingga memeknya menjadi lebih kelihat menonjol keatas. Herman berdiri lalu membuka kaosnya, kelihatan dadanya yang bidang ditumbuhi bulu, Istriku memeandang nanar, Herman juga membuka celana panjangnya. Otomatis Herman hanya memakai celana dalam saja, dan kontolnya yang belum tegang menonjol dan kelihatan jelas dimata istriku. Dan Rina terus melihat kebawah. Sambil berkata "Her...?Mbak mau kontol kamu! Puaskan Mbak Her........" Rina Bangkit dari tempat tidur lalu jongkok didepan Herman. Istriku menciumi kontol Herman dengan bernapsu..... lalu Rina menurunkan celana dalam Herman, maka kelihatanlah kontol Herman begitu dekatnya denga muka Istriku. Rina menjilati kontol Herman mulai dari pangkal sampai ujungnya. Terus berulang-ulang."ohhhhh.... enak Mbak .... enak sekali lidah kamu Mbak.." erang Herman. Istriku memasukan kontol Herman kedalam mulutnya berulang kali. "Ahhhhh enak..... sekali Mbak" sambil tangan Rina mengocok-ngocok kontol Herman. Lalu Herman menngajak Rina berdiri. Lalu mereka berciuman sambil berdiri shhhhh...suara ciuman mereka sampai kekupingku aku terpancing, lalu menghampiri mereka. sambil jongkok dibelakang Rina, aku menciumi pantat rina sambil tanggan ku meraba-raba memek sitriku yang sudah basah.... merekaterus berpelukan sambil berciumana sementara aku menciumu pantat istriku.......... Tiba-tiba rina istriku menungging mengapai kembali kontol Herman dan dimasukannya kedalam mulut "acchhhhhh, Herman mengerang.... sementara aku menjilati memek Rina dari belaakng, sekali jari-jariku keluar masukan kedalam memek RIna."yahhhhh... terus Mas... masukkan jarinya Mas... Rin... ga tahan...... terus... yang dalam......... Entot saya.... her..... Mbak Mau kontolmu... masukkan kontol kamu kedalam memek MBak..... aaaccchhh... ssssssssshhhh.." Kami berganti posisi. Aku rebahan di kasur sementara istriku menungging sambil menjilati kontol ku..... dari belakang Herman sudah siap-siap memasukan kontolnya yang sudah tegang kedalam memek istriku. Herman mengosok-gosokan kontolnya kebelahan memek istriku. "yahhh.... masukan Her... Mbak sudah ga kuat....... entot Mbak Her... Puaskan Mbak....." pelan kepala kontol Herman mulai masuk kedalam memek Rina ...., "sssshhhh..." Rina menegang ketika kontol Herman yang sudah tegang pelan-pelan masuk kedalam memeknya istriku. Herman berhenti sebentar, lalu pelan kembali menekan kontolnya masuk kedalam memek Rina kembali . Tubuh istriku bergetar.... ssshhhhh..... ohhhhhh... enak sekali her..... masukan terus yang dalam oooohhhhh hangat.... kontolmu hangat sekali Her........" "yahhh...Mbak ?...memekmupun berdenyut Mbakk....." herman pelan menarik keluar kontolnya dan memasukannya kembali. "Accchhhhh..... terus Her... yang kuat terus..... entot Mbak...... siram rahim Mbak dengan mani kamu....." Herman semakin memaju kontolnya dan semakain cepat...... mbakkk.... mau keluar Her......... oh... mBak ga tahan.... Mbak ga tahan......." istriku menggelepar-gelepar. "Oohhhh... acccchhhh..... saya keluar.... saya keluar..... ahhhhhhhhhhhhhh........." istriku menegang, sementara Herman terus memaju kontolnya keluar masuk memek istriku. Istriku RIna tengkurap ditempaat tidur nafasnya memburu, sementara Herman tetap diatas tubuh Rina dan membiarkan kontolnya tetp tertancap didalam memek istriku sambil merasakan denyutan memek Rina meremas remas kontolnya. Lalu pelan pelan Herman mencabut kontolnya dan kembali memasukannya. Rina tersentak, "ohhh.... enak sekali kontolmu Her... ohhhh... terus... Her.... Mbak mau Lagi...... Mbak mau kontol mu lagi........... Mbak mau di entot berdiri..... Ayo..... Mas entot saya.... puaskan saya......... Rina mau kontol kalian berdua...." Rina berdiri di peluk Herman dari belakang sementara aku jongkok menjilati memek Istriku yang sudah sanagt basah, sambil menjilati memek nya jariku masukan kedalam. "Yaahhhh enak Mas... terus jilati memek Rin......" Herman dan Rina berciuman.... sementara aku terus menjilati memek Rina. Kontolku semakin menegang aku sudah ga tahan, lalu aku melebarkan kaki Rina sambil berdiri aku memasukkan kontolku kedalam memeknya. Berdiri adalah posisi favorit istriku. Aku memutar-mutar pantataku sehingga jembutku bergesekan dengan itil bagi atas istriku. "Oohhhh yyahhhhh.... kena mas... gesek-gesek terus... oohhhhh enak mas..... kontolnya..... ayoh Mas kita keluarkan sama-sama....... rina hampir.... achhhhh..." Rina terus mengoyang-goyangkan pantatnya sambil berciuman dengan Herman sementara aku terus memacu kontolku semakin cepat. Herman terus meremas-remas tetek Istriku. "Aachhhhhh.... oohhh.. aku keluar mas....... mbak keluar lagi Her...... ohh enakks..." Seeerrrr. Aku ikut menegang dan Crottttt......... kami berdua keluar bersama-sama. "Ohhhhhh...." istriku terkulai dipelukan Herman. "Achhhh.. ohhh.." aku mencabut kontolku dari memek Rina, sementara Rina masih terkulai dipelukan Herman. Kedua tangan Rina merangkul lehar Herman. Kontol Herman masih sangat tegang karena memang dia belum keluar, "Sambil berbisik... Mbak aku mau entot mbak... aku belum keluar... ahhh. Apa masih kuat mbak...?" tetap merangkul Herman lalu istriku mencium bibir Herman, sambil bergayut dia melingkarkan kakinya kepinggang Herman. "Blessssss...." masuklah kembali kontol Herman kedalam memek Istriku, sambil berdiri mereka berpacu mencapai puncak kenikmatan. "Yahhhhh.... enak kontolmu Her..... terus masukan yang dalam... kontolmu hangat...... puaskan mbak" mereka berpacu semakin cepat. "Her mbak gak kuat mau keluar lagi..... achhhhhh......" "Iyah mbak aku juga mau oooohohhhh... achhhhhh... terus... mbak keluar..... ohhhhhhh crooottttachhhhhhh". Kedua tubuh itu menegang dan berpelukan sangat eratnya. Kami sangat puas sekali.

[+/-] Selengkapnya...

Sunday 27 June 2010

Gairah Ibu Bella

Awal aku mengenalnya pada saat dia mengundang perusahaan tempatku bekerja untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai produk yang akan dipesannya. Sebagai marketing, perusahaan mengutusku untuk menemuinya. Pada awal pertemuan siang itu, aku sama sekali tidak menduga bahwa Ibu Bella yang kutemui ternyata pemilik langsung perusahaan. Wajahnya cantik, kulitnya putih laksana pualam, tubuhnya tinggi langsing (Sekitar 175 cm) dengan dada yang menonjol indah. Dan pinggulnya yang dibalut span ketat membuat bentuk pinggangnya yang ramping kian mempesona, juga pantatnya wah.. sungguh sangat montok. Sepanjang pembicaraan dengannya, konsentrasiku tidak 100%, melihat gaya bicaranya yang intelek, gerakan bibirnya yang sensual saat sedang bicara, apalagi kalau sedang menunduk belahan buah dadanya nampak jelas, putih dan besar. "Pak gala sendiri umur berapa", bisiknya dengan nada mesra. "Saya umur 26 tahun, Bu!" balasku. "sudah berkeluarga", pertanyaannya semakin menjurus, aku sampai GR sendiri. "Belum, Bu!" Tanpa kutanya, Ibu Bella menerangkan bahwa sejak kematian suaminya setahun lalu, dia belum mendapatkan penggantinya. "Ibu cantik, masih muda, saya rasa seribu lelaki akan berlomba mendapatkan Ibu bella", aku sedikit memujinya. "Memang, ada benarnya juga yang Bapak Gala ucapkan, tapi mereka rata-rata juga mengincar kekayaan saya", nadanya sedikit merendah. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, Ibu Bella bangkit berdiri membukakan pintu, ternyata sekretarisnya telah selesai membuat kontrak kerjanya. "Kalau begitu, saya permisi pulang, Bu!, semoga kerjasama ini dapat bertahan dan saling menguntungkan", aku segera pamit dan mengulurkan tangan. "Semoga saja", tangannya menyambut uluran tanganku. "Terima kasih atas kunjungannya, pak Gala." Cukup lama kami bersalaman, aku merasakan kelembutan tangannya yang bagaikan sutera, namun sebentar kemudian aku segera menarik tanganku, takut dikira kurang ajar. Namun naluri laki-lakiku bekerja, dengan halus aku mulai merancang strategi mendekatinya. "Oh ya, Bu Bella, sebelum saya lupa, sebagai perkenalan dan mengawali kerjasama kita, bagaimana kalau Ibu Bella saya undang untuk makan malam bersama", aku mulai memasang jerat. "Terima kasih", jawabnya singkat. "Mungkin lain waktu, saya hubungi Pak Gala, untuk tawaran ini." "Saya tunggu, Bu.. permisi" Aku tak mau mendesaknya lebih lanjut. Aku segera meninggalkan kantor Ibu Bella dengan sejuta pikiran menggelayuti benakku. Sepanjang perjalanan, aku selalu terbayang kecantikan wajahnya, postur tubuhnya yang ideal. Ah.. kayaknya semua kriteria cewek idaman ada padanya. Tak terasa satu bulan sejak pertemuan itu, meskipun aku sering mampir ke tempat Ibu Bella dalam kurun waktu tersebut, tapi tidak kutemui tanda-tanda aku bisa mengajaknya sekedar Dinner. Meskipun hubunganku dengannya menjadi semakin akrab. Menginjak bulan ke-2, akhirnya aku bisa mengajaknya keluar sekedar makan malam. Aku ingat sekali waktu itu malam Minggu, kami bagai sepasang kekasih, meskipun pada awalnya dia ngotot ingin menggunakan mobilnya yang mewah, akhirnya dia bersedia juga menggunakan mobil Katanaku yang bisa bikin perut mules. Beberapa kali malam Minggu kami keluar, sungguh aku jadi bingung sendiri, aku hanya berani menggenggam jarinya saja, itupun aku gemetaran, degup-degup di jantungku terasa berdetak kencang padahal hubungan kami sudah sangat dekat, bahkan aku dan dia sama-sama saling memanggil nama saja, tanpa embel-embel Pak atau Bu. Sampai pada malam Minggu yang kesekian kalinya, kuberanikan diri untuk memulainya, waktu itu kami di dalam bioskop. Dalam keremangan, aku menggenggam jarinya, kuelus dengan mesra, kelembutan jarinya mengantarkan desiran-desiran aneh di tubuhku, kucoba mencium tangannya pelan, tidak ada respon, kulepas jemari tangannya dengan lembut. Kurapatkan tubuhku dengan tubuhnya, kupandangi wajahnya yang sedang serius menatap layar bioskop. "Bella, aku sayang kamu", kubisikkan kalimat mesra di telinganya. "Gal, akupun sayang kamu", suaranya sedikit mendesah menahan birahinya yang mulai bangkit. Dan saat tanganku menyusup ke dalam blousnya, erangannya semakin jelas terdengar. Aku merasakan kelembutan buah dadanya, kenyal. Kupilin halus putingnnya, sementara tanganku yang satunya menelusuri pinggangnya dan meremas-remas pinggulnya yang sangat bahenol. Tanganku yang satunya sudah bergerak ke pahanya, spannya kutarik ke atas hingga batang pahanya tampak mulus, putih. Kubelai, kupilin pahanya sementara mulutku mengisap terus puting buah dadanya kiri dan kanan. Dan saat jariku sampai di pangkal pahanya, aku menemukan celana dalamnya. Perlahan jari-jariku masuk lewat celah celana dalamnya, kugeser ke kiri, akhirnya jari-jariku menemukan rambut kemaluannya yang sangat lebat. Senjataku yang sudah kaku perlahan dikocoknya, aku merasakan nikmat atas perlakuannya, sementara tangannya asyik mengocok batang senjataku, tangan satunya membuka kancing bajuku, mulutnya yang basah menciumi dadaku dan menjilati putingku, sesekali Bella menghisap putingku. Aliran darahku semakin panas, gairahku makin terbakar. Aku merasakan spermaku sudah mengumpul di ujung, sementara kepala senjataku semakin basah oleh pelumas yang keluar. "Bella, aku sudah nggak tahan..." "Tahan sebentar, Gal.." Setelah lampu menyala kembali pertanda pertunjukan telah usai, kami sudah rapi kembali. Kulihat jam di pergelangan tanganku menunjukan pukul 10.00 malam. Aku langsung mengantarnya pulang, dalam perjalanan kami tak banyak bicara, kami saling memikirkan kejadian yang baru saja kami alami bersama. Pergulatan kami semakin seru, kini posisi kami berbalikan seperti angka 69, kami saling menghisap puting dada. Saat aku memainkan puting dadanya yang sudah mencuat, lidahnya menjilati putingku. Aku turun menjilati perutnya, kurasakan juga perutku dijilati dan akhirnya lidah kami saling menghisap kemaluan. Aku merasakan hangat di kepala senjataku saat lidahku menari-nari menelusuri celah kemaluannya, lidahku semakin dalam masuk ke dalam celah kewanitaannya yang telah basah, kuhisap klitorisnya kuat-kuat, kurasakan tubuhnya bergetar hebat. Kini Bella dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sementara aku di bawah sudah tak sanggup rasanya menahan nikmat yang kuterima dari gerakan Bella, apalagi saat pinggulnya sambil naik-turun digoyangkan juga diputar-putar, aku bertahan sekuat mungkin. Satu jam sudah berlalu, kulihat Bella semakin cepat bergerak, cepat hingga akhirnya aku merasakan semburan hangat di senjataku saat tubuhnya bergetar dan mulutnya meracau panjang. "Oh.. aku puas Gal, sangat puas.." tubuhnya tengkurap di atas tubuhku, namun senjataku yang sudah berdenyut-denyut belum tercabut dari kemaluannya. Kurasakan buah dadanya yang montok menekan tubuhku seirama dengan tarikan nafasnya. Setengah jam sudah aku bertahan dengan gaya konvensional. Perlahan aku mulai merasakan cairanku sudah kembali ke ujung kepala senjataku. Saat gerakanku sudah tak beraturan lagi, berbarengan dengan hisapan Bella pada putingku dan pitingan kakinya di pinggangku, kusemprotkan air maniku ke dalam kemaluannya, kami berbarengan orgasme. Sejak kejadian itu, kami sering melakukannya. Aku baru tahu bahwa gairahnya sangat tinggi, selama ini dia bersikap alim, karena tidak mau sembarangan main dengan cowok. Dia mau denganku karena aku sabar, baik dan tidak mengejar kekayaannya. Apalagi begitu dia tahu bahwa senjataku dua kali lipat mantan suaminya, tambah lengket saja. Memang yang kukejar hanyalah kenikmatan dunia yang didasari Cinta. Kalau harta sih, ada sukur, nggak ada ya.. cari.

[+/-] Selengkapnya...

Saturday 26 June 2010

Adik Dapat, Kakak Juga Dapat

Setelah permainan cintaku dengan Evi sore itu, kami jadi sering melakukannya apabila ada kesempatan. Kadang kami bercinta di Kamar Evi dan kadang di kamarku. Evi yang masih berusia 22 tahun itu bercerita tentang hilangnya kegadisannya oleh pacarnya ketika masih SMA. Menurut ceritanya dia dijebak pacarnya untuk minum-minum ketika perayaan ulangtahunnya yang ke 17. Ketika dia mulai mabuk dia dibawa pacarnya dan di perkosa di hotel. Tragisnya dia diperkosa secara bergantian oleh 2 orang teman pacarnya saat itu. Paginya setelah sadar dia di antar pulang dan pacar maupun kedua temannya menghilang entah kemana. Setelah lulus SMA akhirnya dia memutuskan untuk kuliah di Bali jurusan hotel dan tourisme. Sejak kuliah di Bali pun dia sudah beberapa kali melakukan sex dengan beberapa teman kuliah-nya. Hubungan kami pun cuma sebagai teman, tidak lebih, hubungan kami berdasarkan suka sama suka. Mungkin karena usia ku yang lebih muda. Hanya saja aku dapat previlege untuk tubuhnya kapan saja aku mau. Hubunganku dengan Evi pun tidak diketahui oleh Silvi kakaknya yang sudah bekerja di salah satu hotel di kawasan Jimbaran. Silvi, tidak kalah cantiknya dengan Evi. Keduanya memiliki kulit yang putih bersih. Silvi lebih dewasa dalam pembawaan dan enak juga diajak ngobrol. Karena Silvi juga cantik aku sering bercanda dengan Evi mengatakan ingin tahu rasanya bila berhubungan dengan Silvi. Evi kadang tertawa dan kadang marah kalo aku berkata begitu. Walau marah, Evi akan hilang kemarahannya kalau kucumu lagi. Seperti halnya sore itu, Ketika aku baru pulang kuliah, kulihat kamar Evi terbuka tetapi tidak ada orang didalamnya. Karena situasi kost yang sepi akupun masuk ke kamarnya dan mendengar ada yang sedang mandi dan akupun menutup pintu kamar Evi. Sudah seminggu lebih aku menginap di Denpasar karena sedang ujian akhir. Setelah pintu kututup, kupanggil Evi yang ada dikamar mandi. "Vi, lagi mandi yah? tanyaku basa-basi. Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Akupun melanjutkan. "Kamu marah yah Vi?, Maaf yah aku gak kasih tahu kamu kalo aku mau nginep di Denpasar. Hari ini aku mau buat kamu puas Vi. Aku akan cium kamu, bikin kamu puas hari ini. Aku akan "Mandi kucing kan kamu Vi mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki." Rayuku. Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. "Vi, ingat film yang dulu kita tonton kan. Aku akan bikin kamu puas beberapa kali hari ini sebelum kau rasakan penisku ini Vi. Aku akan cium vaginamu sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan penisku". Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi. "Vi, kututup pintu dan gordennya yah Vi". Akupun berbalik dan menutup gorden jendela yang memang masih terbuka. Ketika gorden kututup, kudengar pintu kamar mandi terbuka. Akupun tersenyum dan bersorak dalam hati. Setelah aku menutup gorden akupun berbalik. Dan ternyata, yang ada dalam kamar mandi itu adalah Silvi, kakak Evi, yang baru saja selesai mandi keluar dengan menggunakan bathrope berwarna pink dan duduk diatas tempat tidur dengan kaki bersilang dan terlihat dari belahan bathropenya. Kaki yang putih terawat, betisnya yang indah terlihat terus hingga ke pahanya yang putih, kencang dan seksi sangat menantang sekali untuk dielus. Belum lagi silangan bathrope di dadanya agak kebawah sehingga terlihat dada putih dan belahan payudaranya. Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar dari Evi, karena aku belum pernah menyentuhnya. "Evi sedang ke Yogya, dia sedang Praktek kerja selama 2 bulan" Kata Silvi sambil memainkan tali bathrope-nya. "Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Evi, padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku" "Maaf Mbak, aku gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Silvi" Kataku sambil mataku memandang wajah Silvi. Rambutnya yang hitam sepundak tergerai basah. Dada yang putih dengan belahan yang terlihat cukup dalam. Paha yang putih mulus dan kencang hingga betis yang terawat rapih. Kalau menurutku Silvi boleh mendapat angka 8 hingga 8,5. "Lalu kalo bukan Mbak kenapa?, Kamu enggak mau mencium Mbak, buat Mbak puas, memandikucingkan Mbak seperti yang kamu bilang tadi?" Tanya Silvi memancingku. "Aku sih mau aja Mbak kalo Mbak kasih" Jawabku langsung tanpa pikir lagi sambil melangkah ke tempat tidur. Sebab sebagai laki-laki normal aku sudah tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir pasti telanjang karena baru selesai mandi. Belum lagi pemandangan dada dan putih mulus yang sangat menggoda. "Kamu sudah lama make love dengan Evi, Ren?" Tanya Silvi ketika aku duduk di sebelah kirinya. Aku tidak langsung menjawab, setelah duduk di sebelahnya aku mencium wangi harum tubuhnya. "Tubuh Mbak harum sekali", kataku sambil mencium lehernya yang putih dan jenjang. Silvi menggeliat dan mendesah ketika lehernya kucium, mulutku pun naik dan mencium bibirnya yang mungil dan merah merekah. Silvi pun membalas ciumanku dengan hangatnya. Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya dan lidah kami pun saling bersentuhan, hal itu membuat Silvi semakin hangat. Perlajan tangan kiriku menyelusup ke dalam bath robenya dan meraba payudaranya yang kenyal. Sambil terus berciuman kuusap dan kupijat lembut kedua payudaranya bergantian. Payudaranya pun makin mengeras dan putingnyapun mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya dengan tanganku sambil terus melumat bibirnya. Aku pun mengubah posisiku, kurebahkan tubuh Silvi di tempat tidur sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya. Setelah tubuh Silvi rebah, perlahan mulutku pun turun ke lehernya dan tanganku pun menarik tali pengikat bathrope-nya. Setelah talinya terlepas kubuka bathropenya. Aku berhenti mencium lehernya sebentar untuk melihat tubuh wanita yang akan kutiduri sebentar lagi, karena aku belum pernah tubuh Silvi tanpa seutas benang sedikitpun. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa cela sedikit pun. Payudaranya yang putih dan tegak menantang berukuran 36 C dengan puting yang sudah naik sangat menggairahkan. Pinggang yang langsing karena perutnya yang kecil. Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi, mungkin Silvi baru saja mencukur rambut kemaluannya. Sungguh pemandangan yang sangat indah. "Hh" Desah Silvi membuyarkan lamunanku, Aku pun langsung melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti karena mengagumi keindahan tubuhnya. Kembali kulumat bibir Silvi sambil tanganku mengelus payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya. Ciumanku pun turun ke lehernya. Desahan Silvi pun makin terdengar. Perlahan mulutku pun turun ke payudaranya dan menciumi payudaranya dengan leluasanya. Payudaranya yang kenyal pun mengeras ketika aku mencium sekeliling payudaranya. Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya. Sengaja aku membelai sekeliling vaginanya dahulu untuk memancing reaksi Silvi. Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya, kaki Silvi pun merapat. Terus kuelus paha Silvi hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik oleh Silvi dan diarahkan ke vaginanya. "Elus dong Ren, Biar Mbak ngerasa enak Ren" Ucapnya sambil mendesah. Bibir vagina Silvi sudah basah ketika kesentuh. Kugesekan jariku sepanjang bibir kemaluan Silvi, dan Silvi pun mendesah. Tangannya meremas kepalaku yang masih berada di payudaranya. "Ahh, terus Ren", Pinggulnya makin bergyang hebat sejalan dengan rabaan tanganku yang makin cepat. Jari-jariku kumasukkan kedalam lubang vaginanya yang semakin basah. "Ohh Ren enak sekali Ren", desah Silvi makin hebat dan goyangan pinggulnya makin cepat. Jariku pun semakin leluasa bermain dalam lorong sempit vagina Silvi. Kucoba masukan kedua jariku dan desahan serta goyangan Silvi makin hebat membuatku semakin terangsang. "Ahh Ren", Silvi pun merapatkan kedua kakinya sehingga tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya dan jariku masih terus mengobok-obok vaginanya Silvi yang sempit dan basah. Remasan tangan Silvi di kepalaku semakin kencang, Silvi seperti sedang menikmati puncak kenikmatannya. Setelah berlangsung cukup lama Silvi pun melenguh panjang jepitan tangan dan kakinya pun mengendur. Kesempatan ini langsung kupergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan celana jeansku. Penisku sudah tegang sekali dan terasa tidak nyaman karena masih tertekan oleh celana jeansku. Setelah aku tinggal mengunakan CD saja kuubah posisi tidur Silvi. Semula seluruh badan Silvi ada di atas tempat tidur, Sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di atas tempat tidur, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah. Dengan posisi ini aku bisa melihat vagina Silvi yang merah dan indah. Kuusap sesekali vaginannya, masih terasa basah. Akupun mulai menciumi vaginanya. Terasa lengket tapi harum sekali. Kukira Silvi selalu menjaga bagian kewanitaannya ini dengan teratur sekali. "Ahh Ren, enak Ren", racau Silvi. Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di sepanjang vaginanya. Vagina merahnya semakin basah oleh lendir vaginanya yang harum dan jilatanku. Desahan Silvi pun makin hebat ketika kumasukkan lidahku kedalam bibit lubang vaginanya. Evi pun menggelinjang hebat. "Terus Ren", desahnya. Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat ditariknya ke payudara. Tnagnku pun bergerak meremas-remas payudaranya yang kenyal. Sementara lidahku terus menerus menjilati vaginanya. Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya oun bergerak tidak beraturan. Sepuluh menit hal ini berlangsung dan Silvi pun menalami orgasme yang kedua. "Ahh Ren, aku keluar Ren", aku pun merasakan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Cairan itu pun kujilat dan kuhabiskan dan kusimpan dalam mulutku dan secepatnya kucium bibir Silvi yang sedang terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri. Lama kami berciuman, dan perlahan posisi penisku sudah berada tepat didepan vaginanya. Sambil terus menciumnya kugesekkan ujung penisku yang mencuat keluar CD ku ke bibir vaginanya. Tangan Silvi yang semula berada disamping bergerak ke arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok penisku perlahan-lahan. "Besar juga punya kamu Ren, panjang lagi" Ucap Silvi di sela-sela ciuman kami. Sambil masih berciuman aku melepaskan CDku sehingga tangan Silvi bisa leluasa mengocok penisku. Setelah lima menit akupun menepis tangan Silvi dan menggesekkan penisku dengan bibir vaginanya. Posisi ini lebih enak dibandingkan dikocok. Perlahan aku mulai mengarahkan penisku kedalam vaginanya. Ketika penisku mulai masuk, badan Silvi pun sedikit terangkat. Terasa basah sekali tetapi nikmat. Lobang vaginanya lebih sempit dibandingkan Evi, atau mungkin karena lubang vaginanya belum terbiasa dengan penisku. "Ahh Rensha.. Begitu sayang, enak sekali sayang" Racaunya ketika penisku bergerak maju mundur. Pinggul Silvi pun semakin liar bergoyang mengimbangi gerakanku. Akupun terus menciumi bagian belakang lehernya. "Ahh.." desahnya semakin menjadi. Akupun semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin cepat gerakanku semakin cepat pula goyangan pinggul Silvi. Kaki Silvi yang menjuntai ke bawah pun bergerak melingkari pinggangku. Akupun mengubah posisiku sehingga seluruh badan kami ada di atas tempat tidur. Setelah seluruh badan ada diatas tempat tidur, akupun menjatuhkan dadaku diatas payudara besar dan kenyalnya. Tanganku pun bergerak ke belakang pinggulnya dan meremas pantatnya yang padat. Goyangan Silvi pun semakin menjadi-jadi oleh remasan tanganku di pantatnya. Sedangkan pinggulku pun terus menerus bergerak maju mundur dengan cepat dan goyangan pinggul Silvi yang semakin liar. "Ren.. Kamu hebat Ren.. Terus Ren.. Penis kamu besar keras dan panjang Ren.. Terus Ren.. Goyang lebih cepat lagi Ren.." begitu racau Silvi di sela kenikmatannya. Aku pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Vagina Slvi memang lebih enak dari Evi adiknya. Lebih sempit sehingga penisku sangat menikmati berada di dalam vaginanya. Goyangan Silvi yang makin liar, desahan yang tidak beraturan membuatku semakin bernafsu dan mempercepat gerakanku. "Mbak aku mau keluar Mbak" Kataku. "Di dalam aja Ren biar enak" desah Silvi sambil tangannya memegang pantatku seolah dia tidak mau penisku keluar dari vaginanya sedikitpun. "Ahh" Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku kedalam lubang rahimnya. Tangan Silvi menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong keatas, seolah dia masih ingin melanjutkan lagi, matanya pun terpejam. Aku pun mencium bibir Silvi. Dengan posisi badanku masih diatasnya dan penisku masih dalam vaginanya. Mata Silvi terbuka, dia membalas ciuman bibirku hingga cukup lama. Badannya basah oleh keringatnya dan juga keringatku. "Kamu hebat Ren, aku belum pernah sepuas ini sebelumnya" Kata Silvi. "Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit, legit dan harum lagi." Ucapku. "Memang vagina Evi enggak" senyumnya sambil menggoyangkan pinggulnya. "Sedikit lebih sempit Mbak punya dibanding Evi" jawabku sambil menggerakkan penisku yang masih menancap di dalamnya. Tampaknya Silvi masih ingin melanjutkan lagi pikirku. "Penis kamu masih keras Ren?" tanya Silvi sambil memutar pinggulnya. "Masih, Mbak masih mau lagi?" tanyaku "Mau tapi Mbak diatas ya" Kata Silvi. "Cabut dulu Ren" Setelah dicabut, mulut Silvi pun bergerak dan mencium penisku, Silvi mengulum penisku terlebih dahulu sambil memberikan vaginanya padaku. Kembali terjadi pemanasan dengan posisi 69. Desahan-desahan Silvi, vagina Silvi yang harum membuatku melupakan Evi sementara waktu. Hari itu sejak pukul lima sore hingga esok paginya aku bercinta dengan Silvi, entah berapa kali kami orgasme. Dan itu pun berlangsung hampir setiap malam selama Evi belum kembali dari Praktek Kerjanya di yogya selama 2 bulan lebih. Kupikir mumpung Evi tidak ada kucumbu saja kakaknya dulu. Mohon kepada para pembaca meluangkan waktu untuk memberi penilaian terhadap cerita ini. Terima kasih

[+/-] Selengkapnya...

Adakah Kebenaran Dari Yang Aku Lakukan Ini

Cerita ini adalah mengenai pengorbanan seorang janda 1 orang anak yang ditinggal mati suaminya karena tewas akibat kecelakaan di Jalan TOl Jagorawi. Janda yang hanya tamatan SMP ini harus menghadapi kenyataan pahit kehidupan yaitu menghidupi dirinya dan anak kesayangannya tanpa ada keahlian sedikitpun. Siang itu aku sampai dirumah dengan perasaan galau yang amat sangat, bagaimana tidak, pekerjaan yang aku lamar sebagai pemijat di salah satu Panti Pijat daerah Jakarta Timur ternyata tidak seperti yang kubayangkan. Ada kengerian menghadapi profesi sebagai pemijat yaitu kita akan berada pada posisi segaris rambut untuk mendekatkan diri pada dosa. Berdasarkan iklan satu harian ibukota pada kolom "Lowongan Kerja," aku membaca salah satu Panti Pijat membutuhkan 10 tenaga pemijat dengan persyaratan wanita umur 25-35 tahun, berpenampilan menarik dan bersedia bekerja shift antara pukul 09.00-23.00 (bekerja setiap hari 7 jam). Para pelamar diharapkan datang langsung untuk menyerahkan lamarannya sekaligus wawancara, begitu bunyi iklannya. Kalau bekerja sampai malam aku tidak terlampau keberatan dan mengenai penampilanpun aku tidak merasa khawatir karena hampir semua orang yang bertemu muka dengan aku pasti akan terkesima dengan kemolekan mukaku dan putihnya kulitku. Sering orang menggodaku dengan memanggil Cornelia Agatha.. Ahh ada-ada saja orang yang memanggilku demikian batinku. Tidak sedikit para pedagang di pasar menggodaku ketika aku belanja bahkan anak-anak muda di tempatku tinggal banyak yang mencoba mendekatiku, tapi tidak satupun aku gubris karena aku tidak suka dengan pria yang iseng, laginya kematian Mas Imron suamiku belum genap 3 bulan. Uhh tidak enak sekali status sebagai janda jerit batinku. Kematian Mas Imron inilah yang kemudian memaksaku untuk mencari pekerjaan untuk menghidupi anakku satu-satunya yang bernama Rita. Sedangkan dari kantor suamiku tidak ada pensiun, yang ada hanya klaim kematian dari perusahaan asuransi yang besarnya hanya cukup untuk 3 bulan saja ditambah sedikit uang dari para pelayat yang datang ketika melayat. Itulah sebabnya aku rajin meminjam koran dari tetanggaku untuk mencari lowongan pekerjaan yang bisa kiranya mencukupi kebutuhan jasmani aku dan anakku. Sampai pada akhirnya aku menemukan iklan membutuhkan tenaga pemijat. Hmm rasanya kalau cuma memijat aku bisa karena nenekku adalah salah satu pemijat yang cukup dikenal di kampung kami dan aku sering bertanya kepada nenekku tentang cara memijit yang benar. Jam 09.00 pagi itu setelah membersihkan rumah dan masak untuk anakku yang masih sekolah kelas 3 SD takut dia sudah pulang sekolah sebelum aku tiba, aku berangkat ke Panti Pijat yang tertera dalam iklan tersebut. Setelah berganti 2 kali Metro Mini tanpa menemui kesulitan sedikitpun sampailah aku pada sebuah Ruko 4 lantai dengan tulisan Panti Pijat "KK". Dengan berdebar mengingat ini kali pertama aku melamar pekerjaan, aku masuk ke dalam Ruko dan disambut dengan senyum manis 2 orang wanita sebaya denganku. "Mau melamar yah Mbak?" tanya wanita hitam manis baju hijau muda kepadaku yang agak sedikit nervous. "Ii.. Iya Mbak" jawabku dengan jantung berdebar. Ahh kenapa aku jadi grogi pikirku. Toh aku niat baik dengan rencanaku yaitu mendapatkan pekerjaan. "Silakan naik aja langsung ke lantai 4 Mbak, tangganya disebelah sana" tunjuk wanita berbaju hijau tersebut kearah pojok ruangan. "Terima kasih Bu.. Ehh Mbak" kataku dengan senyum semanis mungkin. "Sama-sama" kata wanita yang satunya juga dengan senyum ramahnya. "Ehh Mbak.." panggil seorang diantara mereka.. Kaget aku menoleh kearah 2 wanita tersebut. "Pasti Mbak diterima deh" kata wanita berkaos pink sambil memainkan matanya. "Lho.. Koq tau Mbak?" tanyaku "Habis Mbak cantik sih" kata mereka hampir bersamaan. "Terima kasih" kataku dengan pipi memerah karena surprise dengan penilaian mereka terhadap diriku. Lalu aku melangkah ke arah tangga yang ditunjuk barusan dan terus naik sampai ke lantai 4. Perlahan aku ketok pintu kaca hitam pekat lalu seorang laki-laki berkumis tabal dan berbadan tegap memakai kemeja safari tanpa senyum membukakan pintu kepadaku "Mau melamar?" tanyanya sambil berjalan ke arah meja kerja. "Iya" kataku dengan senyum se-relax mungkin. "Surat lamarannya sudah lengkap? Mana?" katanya tegas. Aku menyerahkan map yang berisi surat lamaran, ijazah SMP dan fotocopy KK serta KTP. Pria tersebut membuka dan membaca map yang kuserahkan dan membolak-balik isinya dengan cepat lalu menatap kepadaku.. "Silakan masuk ke ruang Aula.. Itu pintunya.. Gabung dengan pelamar lainnya.. Ini nomor urut.. Tunggu sampai nomor kamu dipanggil untuk diwawancara.." katanya sambil menyerahkan nomor urut kepadaku. "Terima kasih Pak" jawabku sambil melihat nomor urut.. Wah no 38.. Tidak salah nihh banyak sekali rupanya yang melamar pikirku menduga-duga sambil membuka pintu Aula yang dimaksud Bapak tadi. Begitu aku membuka pintu ternyata benar dugaanku ternyata sudah ada puluhan wanita disana. Ada yang sedang duduk dan ada pula yang berdiri sambil mengobrol. Ahaa.. aku lihat di tengah-tengah wanita-wanita muda itu masih ada kursi yang kosong, akupun melangkah pelan sambil senyum dengan orang yang aku lewati. "Permisi," kataku kepada orang yang aku lewati. Ahh nampaknya semua orang tidak bersahabat sekali denganku.. Tidak ada yang membalas senyumanku, untunglah dibawah tadi ada 2 wanita receptionist yang ramah kepadaku, kalau mereka tidak ramah, mungkin aku sudah kabur pulang kataku dalam hati sambil tertawa kecil. Wah nambah terus nihh pelamar ketika kulihat ada sekaligus 3 orang wanita datang. Sementara itu bersamaan dengan yang datang ada pula yang keluar dari sebuah ruangan kaca tertutup. Ohh mungkin itu ruangan wawancaranya pikirku. Cukup lama aku menunggu lebih dari 2 jam, akhirnya nomorku dipanggil oleh seorang pria keturunan India atau arab aku tidak tahu. Kembali jantungku berdebar mendengar nomorku dipanggil, pelan aku melangkah ke arahnya ke arah ruangan kaca yang tertutup tirai dan nampaknya tidak ada celah untuk mengintip itu. "Silakan masuk" kata pria tersebut sambil memperhatikan buah dadaku yang tertutup dengan blazer batik pemberian suamiku ketika pulang dari Yogyakarta beberapa bulan sebelum kematiannya. "Terima kasih" kataku sambil masuk ruangan dan langsung mataku menyapu ruangan sejuk didalamnya. Nampak 1 orang pria lainnya sedang dipijit di kasur kecil oleh wanita pelamar yang sebelumnya sudah dipanggil lebih dulu dariku. "Silakan duduk" kata pria yang tadi memanggil nomorku dan aku duduk hampir berbarengan dengan dia di sofa tunggal yang tersedia. "Fahmi" katanya menyodorkan tangannya. "Yunita" kataku menyambut tangannya. Kami bersalaman. Lalu dia membuka map yang tadi aku serahkan kepada pria yang didepan tadi (mungkin bagian keamanan si bapak tadi yah?). Fahmi begitu tadi dia memperkenalkan diri membaca dengan seksama Lamaran Kerjaku sambil sesekali melirik kearahku. "Anak kamu berapa?" tanyanya. "Satu Pak" kataku memberanikan diri menatapnya. "Suami kamu kerja?" tanyanya lagi. "Sudah meninggal 3 bulan yang lalu karena kecelakaan Pak" kataku tapi mataku tidak berani menatap matanya. Mataku hanya mengarah ke map yang ditangannya. Matanya itu loh menatap tajam kearah payudaraku yang sedikit terbuka karena aku duduk agak kedepan. Sial pikirku kenapa aku tadi pakai kaos tipis longgar begini, walaupun pakai blazer tetap saja kaos ini tidak bisa menjaga payudaraku ukuran 36 ini. Lagi asyik mikir-mikir baju kaosku ketika itulah aku kaget sekali karena lemari buku yang disampingku tiba-tiba bergesar terbuka dan muncul seseorang agak botak berbadan tinggi besar muncul dan langsung melihatku. Wuih hebat juga lemari ini ternyata bukan sekedar lemari tetapi juga berfungsi sebagai pintu pikirku. Aku tersenyum kepada lelaki yang baru keluar dari "lemari" tersebut, kutaksir umurnya sekitar 50 tahun dengan rambut agak tipis mendekati botak namun cukup tampan tetapi tetap keturunan timur tengah seperti Fahmi. "Fahmi, masih banyak pelamar?" tanyanya dengan suara berat kepada fahmi tapi matanya sama saja dengan fahmi menatap tajam ke arah dadaku. Dasar laki-laki kenapa selalu payudara saja tujuan matanya. "Masih sekitar 30 orang lagi Bang dan saya sudah perintahkan kepada Satpam untuk tidak menerima lagi hari ini para pelamar" Kata Fahmi kepada orang yang dipanggil Abang tadi. "Ya sudah kalau begitu nona ini biar saya wawancarai dan kau panggil yang lain" katanya dengan berwibawa. "Baik Bang" Kata Fahmi sambil menyerahkan Map lamaran aku kepada si Abang. "Mari" kata si Abang berjalan didepanku.. Aku mengikuti dari belakang menuju ruangan yang pintunya dari lemari tersebut. Wahh tinggiku cuma seketeknya.. Dan lebar badanku cuma setengah badannya.. Aku tertawa dalam hati membandingkan tubuhku dengan tubuhnya. Kemudian si Abang tadi berbalik dan menutup pintu yang sekaligus berfungsi sebagai lemari kalau dilihat dari dari luar. Wuihh.. Hebat sekali orang ini pikirku, ruangannya mewah sekali dengan warna dominan maroon persis seperti ruangan yang biasa digunakan orang-orang kaya di opera sabun Televisi. Dipojok dekat jendela ada springbed kecil warna pink lengkap dengan bed cover warna kuning. Indah sekali. Si Abang tadi menyuruhku duduk disampingnya pada sofa yang sangat lembut sekali dekat meja kerjanya. "Kamu sudah pengalaman pijat?" tanyanya sambil menyapu tubuhku. "Belum pernah Pak" kataku sambil menatap ke arah karpet berwarna-warni. "Kalau begitu kenapa kamu melamar kalau tidak punya pengalaman pijat?" tanyanya membuat jantungku kembali berdebar-debar takut. "Anu Pak.. Ehh.. Saya pernah belajar pijat dari nenek saya.. Beliau tukang pijat terkenal di kota Madiun kampung saya Pak" kataku mencoba meyakinkan si Abang. "Bagaimana kalau nanti ada tamu yang badannya sebesar saya, apakah kamu mampu memijatnya?" katanya tegas tapi ada nada becanda didalam pembicaraannya. Aku tersenyum dan kukatakan, "Saya bisa Pak dan saya kuat koq Pak". "Kamu tahu ndak," lanjutnya, "Kalau disini para pemijat, saya perintahkan untuk membuka semua pakaian para tamu tanpa terkecuali pada saat akan mulai memijit.. Artinya para tamu tidak menggunakan celana dalam" katanya tegas. "Hah?! Jadi tamunya telanjang bulat Pak" aku kaget sekali mendengar penuturannya. Si Abang hanya mengangguk sambil tersenyum penuh arti. Langsung aku terbayang bagaimana mungkin aku memijat laki-laki yang telanjang bulat.. Yahh ampun bagaimana kemaluannya kena tanganku.. Jangan-jangan nanti aku diperkosa.. Bukankah lelaki kalau sudah ereksi harus dikeluarkan air maninya.. Paling tidak begitu kata almarhum suamiku. Tapi aku butuh uang untuk meneruskan kehidupan aku dan anakku. Bagaimana yah batinku. "Tapi jangan takut.." kata si Abang tadi membuyarkan lamunanku. "Disini para tamu dilarang membuat tindakan asusila.. Misalnya beginian ditempat ini" kata si Abang menunjukkan jempolnya yang disisipkan diantara telunjuk dan jari tengahnya yang berarti tanda bersetubuh. "Tapi kalau kamu kocok kemaluannya sampai bucat nahh itu wajib dilakukan kalau tamu meminta.. Harus dilayani.. Tidak boleh ada tawar menawar harga untuk itu" katanya sambil tersenyum. Aku kembali bergidik yahh ampun.. Bagaimana mungkin aku lakukan.. Artinya kalau aku menerima 5 tamu berarti aku memegang 5 penis.. Ohh my god pikirku.. Terasa adrenalin-ku memancar ditubuhku.. Baru aku sadar sudah lebih 3 bulan ini aku tidak pernah memikirkan penis setelah kematian suamiku. Dan hanya penis suamiku lah yang satu-satunya pernah kupegang selama hidupku. "Bagaimana? Kamu setuju?" tanya si Abang mengagetkan aku. "Ehh.. Saya pikir-pikir dulu Pak nanti" kataku gugup. "Tidak bisa nanti-nanti" kata si Abang tegas katanya sambil matanya memandang payudaraku. "Kamu harus putuskan sekarang.. Mau atau tidak dengan pola kami, kalau setuju.. Mulai besok kamu boleh langsung masuk untuk di trainning.. Kalau tidak mau atau pikir-pikir.. Atau nanti-nanti.. Atau besok-besok.. Itu sama saja artinya kamu tidak ada kesempatan lagi kerja disini" kata si Abang dengan suara keras. Aduhh bagaimana dong.. Mulai muncul kepananikan dalam diriku.. Aku mulai tidak dapat berpikir jernih. Ohh iya aku ada ide untuk menolak pekerjaan ini tanpa menyakiti hatinya.. "Bagaimana dengan gajinya Pak?" tanyaku. "Hmm kamu cerdas.. Itulah makanya saya suka sama kamu.. Melamar kerja memang harus tanya gaji" kata si Abang sambil menyalakan rokoknya. "Disini beda dengan panti pijat yang lain.. Disini kamu dapat gaji tetap Rp.300.000/bulan ditambah bonus Rp. 15.000,- per tamu yang kamu handle. Jadi kalau sehari kamu dapat 3 tamu saja.. Kerja sebulan 22 hari.. Hmm.." kata si Abang sambil menarik hidungnya yang mancung sambil menghitung. "Berarti sebulan kamu menerima paling kecil Rp.1.300.000," lanjutnya. "Dan itu belum tip dari tamu lho.. Para tamu disini rata-rata memberikan tip Rp. 50.000, setiap pijat.. Jadi hitung sendiri berapa penghasilan kamu?" kata si Abang sambil tersenyum. Cepat aku menghitung.. Dahiku mengkerut.. Tip Rp.50 ribu per tamu.. Kalau ada tamu sehari 3 orang berarti aku bawa pulang tiap hari Rp. 150.000, kalau itu dikalikan 22 hari sama dengan hmm Rp.3.300.000,-.. Besar sekali batinku.. Dan ehh tunggu dulu.. Itu belum ditambah penghasilan tetap Rp. 1.300.000,-.. Berarti uang yang ku terima tiap bulan Rp.4.600.000,- Ohh aku berteriak dalam hati. Ekspresi kegembiraanku kutunjukan dengan senyum ke si Abang.. Mau rasanya aku peluk dia. Bayangkan saja, uang segitu hampir 4 x gaji almarhum suamiku yang hanya Rp. 1.200.000,- sebagai supir kantor. "Bagaimana?" tanya sia Abang. "Baik Bang.. Ehh Pak" kataku cepat hampir tanpa kontrol. Si Abang langsung membelai rambutku.. Aku mendiamkan saja karena kegembiraanku. "Tapi.. Ada tapinya lho.." kata si Abang berbicara dekat dengan wajahku sambil terus membelai rambutku. "Hah? Tapinya apa Pak?" tanyaku cemas.. "Kamu harus memang bisa pijat" tegas si Abang. "Ohh pasti lah Pak.. Saya pasti akan lakukan tugas saya untuk membuat tamu senang" kataku kembali tenang. "Anak baik.. Nahh ada persyaratan 1 lagi yang paling penting dalam test saat ini" lanjut si Abang. "Apa Pak?" tanyaku masih heran, koq ada lagi.. "Kamu harus bisa membuktikan sekarang juga kalau kamu memang bisa pijat.. Sama dengan yang dilakukan teman kamu diluar tadi.. Kamu lihat toh?!" siabang menarik rokoknya sambil melihat ke arah enternit. "Boleh Pak.. Ehh.. Jadi yang saya pijat Pak Fahmi.. Yang diluar tadi Pak?" tanyaku. "Bukann.. Tidak dengan siapa-siapa.. Tapi dengan saya.. Disini" katanya tegas. "Ohh.. Baik Pak.. Saya siap" lanjutku sambil tersenyum. "Ok.. Ayo kita ke tempat tidur" katanya sambil menarik tanganku dan berjalan ke arah springbed warna pink dekat jendela. Lalu dia menyerahkan sebuah botol. "Ini creamnya" aku menerima botol tersebut dari si Abang. "Anggap saja aku tamu kamu yah Nita" kata si Abang sambil membuka baju dan kaos oblongnya. Aku mengangguk setuju. Wuih.. Takjub sekali aku melihat badan si Abang yang masih terlihat otot-otot baik di dada maupun di perutnya dengan dihiasi bulu disekitar dada menyambung sampai ke pusar. Walaupun usianya pasti mendekati 50 pikirku. Si Abang tersenyum kearahku melihat caraku memandang tubuhnya.. Aku jadi malu, kutundukkan mukaku. Lalu masih dengan memakai celana panjang, siabang langsung tidur telungkup di tempat tidur. Aku termangu sekejap tidak tahu apa yang harus dilakukan. "Ayo.. Pijat cepat," kata si Abang sambil menarik tanganku untuk dibimbing ke pundaknya. Aku pijat pundaknya.. Keras sekali.. "Apakah ada yang salah dengan pelayanan kamu sebagai pemijat di tempat ini?" tanya si Abang. "Apa.. Apa ada yang salah Pak?" aku bertanya tidak mengerti. "Tadi kan sudah saya terangkan kalau ditempat ini tidak boleh ada tamu yang mengenakan pakaian apapun termasuk celana dalam.. Kamu lupa?" Dhuarr.. Jantungku mau copot rasanya mendengar pertanyaan si Abang.. "Ehh.. Apa perlu sekarang Pak?" tanyaku dengan muka yang merah, untung si Abang tidak melihat perubahan mukaku. "Tadi kan saya bilang juga.. Anggap saja saya tamu kamu?" si Abang mulai terlihat nada tidak senang. "Cepat katakan ke tamu kamu" lanjut si Abang.. Aku tidak dapat menyembunyikan rasa kikuk ku.. "Pak.. Ehh.. Anu.. Celananya dibuka yah Pak" kataku dengan suara bergetar. "Buka aja sendiri" kata si Abang sambil membalikan badannya dan memandang ke arahku. Aku terdiam sesaat.. Ragu.. Si Abang dengan cepat menarik tanganku supaya aku lebih mendekat dan menuntun tanganku ke ikat pinggangnya.. "Cepat buka" perintahnya. Aduhh kalau tidak membayangkan uang yang akan aku peroleh dari pekerjaan ini, pasti aku sudah kabur dari tempat ini. Dengan gemetar aku buka ikat pinggangnya dan selanjutnya kancing celana dan terakhir retsluitng celana si Abang. "Ayo.. Tarik celana ku" kata si Abang. Pelan aku tarik celana panjang si Abang sambil melirik ke muka si Abang. Pinggul Si Abang diangkat lalu kakinya juga diangkat hingga dengkulnya menyentuh perutnya tapi mukanya tidak menunjukan ekspresi apapun. Tanganku terus menurunkan celana panjang tersebut tapi mataku tidak berani kemana-mana.. Hanya memandang dengkulnya yang nyaris menyentuh wajahku.. Tiba-tiba.. Si Abang menurunkan kakinya yang tadi dengkulnya menyentuh perut.. Denngg.. Ya ampun.. Terpampanglah penis yang begitu gemuk dan kepalanya yang sebesar kepalan anak bayi. Bagaimana mungkin ada penis sebesar itu pikirku dengan rasa takjub yang tidak terhingga sehingga tidak sadar aku memelototi penis si Abang, rupanya si Abang tidak mengenakan celana dalam lagi. 3 detik berlalu aku dilanda rasa terkejut dan takjub dengan pemandangan yang hanya berjarak kurang dari sejengkal.. Tiba-tiba.. tanganku diraih oleh Abang dan langsung di tuntun memegang penisnya.. Adduhh.. Jantungku rasanya mau meledak dengan sirkulasi darah yang begitu cepat.. Penis itu sudah dalam genggamanku.. Hangat dan berdenyut penis tersebut dalam genggamanku. Wow.. Wow.. Wow.. Sudah kupegang tapi kepala dan leher penis ada di luar genggamanku.. Luar biasa sekali besarnya. Tidak sadar tanganku meremas dan memaju mundurkan penis tersebut, gemas sekali melihat ada penis begitu besar mungkin lebih 2 x dari penis Mas Imron almarhum suamiku. "Bagus Nita.. Iya begitu" kata si Abang yang sampai aku remas penisnya tapi aku belum tahu namanya. Dengan gemas kupercepat kocokan di tanganku dan seiring dengan kocokan itu maka penis tersebut menjadi makin gemuk dan makin panjang. Urat-uratnya menonjol semua.. Besar-besar. Si Abang menghentikan kocokanku dan memencet botol yang berisi cairan seperti baby oil ke telapak tanganku, lalu aku kembali mengocok kembali penis tersebut. Dibawah sana, celana dalamku sudah terasa basah sekali mengeluarkan cairan pelumas yang biasanya dimaksudkan untuk menyambut serangan penis. 3 bulan lebih sudah aku tidak mendapat sentuhan lelaki dan kini rasanya aku sangat butuh sekali penis. Digenggamanku sudah ada penis tapi bagaimana aku memintanya? Baru saja aku selesai berpikir demikian, seperti membaca pikiranku, tangan si Abang tiba-tiba meraih pahaku untuk ditarik mendekat kearah kepalanya. Tidak ada perlawanan dari kakiku.. Aku dekatkan pinggulku kearah kepalanya tapi dengan posisi aku tetap berdiri. Perlahan tapi pasti, tangan si Abang kini menyelusup ke dalam rok ku dan berhenti di selangkanganku. Salah satu jarinya menerobos masuk melalui celana dalam ku.. "Auhh" teriakku menghentikan kocokanku karena jari si Abang langsung menyentuh dan menekan clitoris ku sambil diputar-putar. "Ohh.." aku mengerang sambil menengadahkan mukaku menikmati rasa nikmat yang luar biasa menyerbuku. Menengadah aku sambil memejamkan mata merasakan gejolak yang rasanya luar biasa ini dan rasanya ini tidak dapat dihentikan lagi. Tidak sadar, sangking merasakan nikmat, aku pun jatuh seperti tidak ada tenaga. Si Abang cepat bangkit meraih tubuhku dan menidurkan pada spring bed-nya, walaupun demikian aku masih sadar kalau kakiku juntai berada diluar spring bed. Lalu si Abang mengangkat kedua kakiku mengangkat rok dan menurunkan celana dalamku.. Ohh aku sudah tidak bisa mundur lagi sekarang.. Tapi urat sadar dan urat malu ku masih berfungsi walaupun kecil sekali kadarnya.. "Bang.. Ehh Pak.. Jangan Pak.. Saya belum pernah begini selain dengan suamiku" kataku dengan suara pelan. "Apa?" tanya Abang seperti tidak mendengar dan langsung terasa bibirnya ada di paha atas ku. "Ohh" aku mengerang nikmat tidak jadi memprotes malah menikmati bibir yang menarik-narik lembut kulit pahaku. Dan pada akhirnya kurasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh clitorisku dan menariknya keluar dengan lembut. Aku penasaran sekali dengan apa yang diperbuat si Abang.. Ya ampunn terlihat mulut si Abang dengan rakusnya menarik-narik daging yang disekitar vaginaku.. Ampunn nikmattnyaa.. Kembali kepalaku roboh seperti tidak bertanaga merasakan kekuatan strom yang begitu hebat. "Ohh.. Bangg.. Kenapa bisa nikmat begini.." aku mendesis seperti tidak percaya dengan keadaan ini. Sejujurnya suamiku dulu, tidak pernah melakukan hal ini kepadaku sebelumnya. Jadi vaginaku dijilat sungguh-sungguh pengalaman yang baru bagiku.. Dan lahar itupun tidak dapat dibendung.. Tubuh kaku terasa pucat dan gelap semuanya ketika kurasakan cairan vaginaku deras menerjang. "Ohh.." aku merintih sambil keluar air mata. Crott.. Crott .. Crott.. Aku orgasme.. Ya ampun.. Kenapa aku orgasme begini hebatnya batinku. Tidak sadar beberapa detik, akhirnya aku bisa melihat cahaya lagi.. Pelan kepalaku mencari si Abang.. Ohh rupanya dia masih menjilati cairan vagina dengan rakusnya.. Ohh lidah itu.. Kenapa masuk kedalamm.. Uhh kembali aku dilanda ketegangan baru. Lidah itu kenapa kasar sekali bagaikan amplas menjilati setiap relung kehormatanku ini.. Astaga nikmatnya tak dapat dikatakan dengan kata-kata apapun. Namun aku kecewa ketika kulihat Abang berdiri. Apakah ini akan berakhir? Tapi.. Tidak.. Ohh ternyata Abang menarik pinggulku sehingga badanku ikut tertarik ke arahnya.. Astaga.. Apakah ini akan terjadi batinku.. Apakah persetubuhan ini akan terjadi.. Aku menduga sambil berharap. Kedua kakiku diangkat oleh si Abang sampai dengkulku menyentuh perutku. Terpampanglah sudah kehormatanku.. Berhadapan langsung dengan penis si Abang yang tegang dengan angkuhnya. Dan.. Deekk.. Terasa kepala penis si Abang sudah bertemu bersentuhan dengan pintu vaginaku.. Keras sekali penisnya terasa. Ohh.. Nikmatnya.. Aku terpejam dan berusaha keras tidak bersuara.. Aku malu. Aku tidak mau memprotes dan juga tidak mengiyakan apa yang telah si Abang lakukan ini kepadaku. Aku ingin kejadian ini berjalan saja menurut putaran detik. Aku sudah siap dan sangat ingin melakukan persetubuhan ini. Rasanya aku sekarang sedang melaksanakan takdirku. Pelan sekali tapi pasti kurasakan penis Abang menyeruak masuk.. Uhh besar sekali terasa kepalanya masuk.. Keras sekali bagaikan baja yang lembut. Si Abang berhenti sebentar, bibirnya terasa menyentuh bibirku.. Aku membalas ciuman Abang.. Kusedot pelan bibir atasnya sambil lidahku bermain disana.. Ahh nikmat sekali Kurasakan kepala penis Abang di tarik sedikit.. Lalu di dorong kembali kedalam.. Uhh rasanya lebih dalam dari sebelumnya. Ada 6-7 kali penis Abang keluar masuk tapi hanya disekitar kepala dan leher penisnya saja.. Lalu ciuman Abang pindah ketelingaku.. Aku semakin terangsang.. Tak sadar pinggulku pun kutekan keatas dan bersamaan dengan itu penis si Abang masuk secara pelan namun terus.. Terus.. Dan terus.. Menembus kedalam dan kurasakan mentok lalu berhenti.. Baru lah disitu aku rasakan penuh sekali vaginaku.. Terasa ingin meledak tapi nikmatt sekali. "Ohh bangg.." mataku sayu memandang Abang yang sudah dalam posisi mukanya hanya berjarak 15 cm dari wajahku.. Tanganku mengusap pipinya.. Terasa pinggul Abang ingin menekan terus tapi yah memang sudah mentok. Berdenyut-denyut bergantian kelamin kami didalam sana. Seakan-akan sedang berkenalan dan bertutur siapa. Aneh batinku.. Kenapa aku tidak merasakan sakit sedikitpun saat penis raksasa itu masuk kedalam vaginaku. Luar biasa orang ini pikirku.. Pasti dia sudah berpengalaman sekali dengan wanita. Pendek saja si Abang mengangkat pinggulnya dan menekan kembali sudah membuat aku hanyut pada sesuatu yang entah apa namanya. Lalu tiba-tiba.. Si Abang berdiri.. Uhh.. Otomatis penisnya terangkat menghantam langit-langit vaginaku.. Nikmat sekalii.. Sedetik kemudian si Abang cepat menarik seluruh penisnya sehingga bisa kulihat mengkilat terkena cairanku lalu di hantam ke dalam lagi.. Keras sekali penisnya terasa.. Cepat ditarik kembali.. Dengan pandangan yang sayu, aku dapat melihat muka si Abang seperti entah dendam.. Entah gemas dia terus memacu pinggulnya dengan cepat. Tidak terasa dan tidak pernah dalam sejarah persetubuhan dalam hidupku aku mengerang keenakan diiringi kayuhan cepat pinggul Abang keluar masuk sambil tangannya memaju mundurkan pinggulku.. Dan.. Luarr biasaa.. Crett.. Crett.. Croott.. Aku kembali dilanda orgasme ke dua kalinya.. Kembali dunia gelap, tak terdengar apapun rasanya.. Yang ada hanya kenikmatan yang bergulung-gulung rasanya menerpaku.. Tapi aku masih terasa kalau tubuhku masih di maju mundurkan oleh tangan Abang dan penisnya keras masih maju mundur.. Kesadaranku hampir pulih.. Ketika kulihat Abang masih berkeringat menggenjot penisnya pada lubang surgaku.. Dan.. "Ahh.." si Abang teriak dengan kencangnya.. Sedetik kemudian kurasakan.. Crott.. Croott.. Crott.. Crott.. 4 kali tembakan keras dan panas dapat kurasakan menghantam rahimku.. Ohh.. Nikmatnya persetubuhan ini batinku.. Kuarasakan Abang yang berbadan demikian besarnya terjerembab jatuh ke dadaku. Memelukku yang masih berpakaian atas lengkap tapi sudah basah dengan keringat dan kini makin basah menyapu keringat dari badan si Abang. "Nita.." kata Abang setelah ada setengah menit memeluk aku.. "Kamu luar biasa.. Memekmu tidak ada duanya" Kaget juga aku dia mengucapkan milikku dengan vulgarnya.. Hehehe tapi nggak papa.. Tohh penisnya masih berada dalam memekku.. Ehh vaginaku.. Koq aku jadi ikut ngomong yang jorok.. Aku tersenyum. "Maaf Bang, aku mau ke kamar mandi" Aku kembali tidak menanggapi omongan Abang paling tidak harga diriku tidak runtuh total pikirku. "Ohh iya.. Itu kamar mandinya.." kata Abang sambil menarik penisnya dari vaginaku dan berdiri. Aku bangkit dan duduk, kulihat penisnya Abang masih meneteskan cairan kami berdua. Luar biasa penis itu. Walaupun sudah tertidur tapi sangat panjang dan gemuk jatuh kebawah dan meneteskan cairan. Setelah membersihkan diri akupun dipersilakan pulang untuk kembali ikut trainning keesokan harinya. Tak lupa si Abang menyerahkan amplop dan menyalamkannya pada tanganku. "Untuk anakmu" katanya. Dan ketika kubuka di rumah ternyata amplop tersebut berisi uang sebanyak satu juta Rupiah. Ohh aku menjadi perempuan pelampiasan nafsu. Diperkosa dikasih duit pula.

[+/-] Selengkapnya...

Ada Romansa Di Antara Kita

Kisahku ini berawal dari kenangan bersama seoarang gadis yang bernama Lia, yang berusia 23 tahun dan berstatus sebagai seorang mahasisiwi dari sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Saat itu Lia yang sedang mengadakan liburan di sebuah tempat pariswisata yang terkenal dengan wisata pegunungan dan pantainya di sebelah timur pulau Bali, tanpa sengaja bertemu dengan diriku yang menjadi seorang pemain musik di cafe. Pertemuan itu sendiri terjadi di internet cafe, yang kebetulan saat itu aku sedang mengetik beberapa lagu-lagu karanganku sendiri yang sengaja aku simpan di folder mailku. Lia saat itu sedang mencari informasi tentang tujuan wisata yang ada di daerah itu, namun sampai beberapa saat sepertinya Lia tidak menemukan apa yang dia cari. Dengan sangat sopan dan ramah Lia memulai percakapan dengan menanyakan tempat-tempat yang bagus buat di kunjungi ke padaku. "Maaf apakah anda tahu tempat-tempat wisata unggulan daerah ini?" tanya Lia tiba-tiba. Aku yang saat itu duduk berjarak 2 meja darinya terkejut oleh pertanyaan spontan itu. "Anda bertanya kepada saya?" tanyaku kemudian. "Iya, maaf kalau mengejutkan anda!" Ujarnya kemudian. Dengan sedikit gugup, kemudian aku menjawab pertanyaan Lia, karena saat itu juga aku masih serius dengan file-file aku. "Di daerah ini yang menjadi primadona wisatanya adalah pegunungannya, kedua wisata pantai yang menawarkan pemandangan bawah air yang terkenal dengan karang birunya, setelah itu wisata budaya yang menampilkan objek rumah adat daerah ini," terangku kemudian. Mungkin karena penjelasan ku cukup menarik buat Lia, dengan raut muka yang ramah, kemudian dia duduk di sebelah mejaku yang tanpa dia sengaja juga dia telah memandangi monitor di depanku yang saat itu terpampang file dari lirik lagu-lagu karanganku yang saat itu sedang aku print. "Kamu mengarang lagu sendiri yah?" tanya Lia lagi. "Iya, kebetulan aja aku pemain musik di cafe dan suka menulis lirik lagu," terangku lagi. "Boleh aku baca lirik lagu-lagu kamu?" sahut Lia kemudian. "Silakan, dengan senang hati," lanjutku dengan menarik kursi di sebelahku dan menyodorkan kepada Lia, yang saat itu sedang berdiri di sampingku. Setelah beberapa saat Lia membaca semua lirik lagu-lagu aku dengan serius, tak lama Lia berkata, "Kamu menulis kisah pribadi kamu menjadi lirik lagu yah?" tanya Lia lagi. Yang kemudian aku timpali dengan tersenyum kepada Lia. "Semua lirik lagu-laguku memang dari pengalaman pribadi, karena aku ingin apa yang menjadi kisah hidupku bisa aku rekam dalam bentuk sebuah seni dan akan menjadi kenangan yang sangat berharga bagiku nantinya," jelasku lebih jauh. "Oh iya, kita sudah lama ngobrol nih tapi belum mengenal nama masing-masing diantara kita" sahut Lia spontan. Lia mengawalinya dengan menyodorkan tangannya.. "Lia.." ujarnya pendek. Yang kemudian giliran aku utuk melakukan hal yang sama. "Adietya," sahutku juga. Dari perkenalan yang singkat itu, kami sudah saling akrab seperti layaknya teman lama. Saat itu juga dia memutuskan pergi besok paginya untuk mengisi acara liburannya dengan snorkeling di sebuah pulau kecil yang sepi dan berpasir putih. Waktu menunjukan pukul 08.00 WITA, sesuai janjiku dengan Lia. Aku sudah berdiri di depan kamarnya dan kemudian aku mengetuk pintunya. Tak lama ada sahutan dari dalam. "Pagi Adiet.. Tunggu bentar yah, aku sudah siap kok," Dalam hitungan menit Lia sudah keluar dari kamarnya. "Ayo kita berangkat!" katanya kemudian. Dengan berjalan menyusuri pantai kita menuju ke perahu motor yang sudah aku pesan semalam. Sebelum naik ke atas perahu motor, aku mengambil peralatan snorkeling untuk kita berdua berupa dua pasang masker berikut finnya. Dalam perjalanan menuju pulau kecil yang hanya membutuhkan waktu 45 menit, aku menjelaskan pemandangan sekitar kita saat itu. Di samping kiri ada pemandangan Gunung Agung dari kejauhan, namun cukup jelas karena cuaca begitu bagus. Sesampainya di tujuan aku dan Lia turun dari perahu motor dan kita lanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri hamparan pasir putih. Aku sudah membuka kaos saat di perahu motor tadi, dan hanya mengenakan celana renang ketika menuju lokasi snorkeling. Tak lama setelah sampai di bawah rindangnya pohon cemara, Lia membuka kaos nya dan terpampanglah suatau pemandangan yang membuat jantungku berdetak sesaat. Saat itu Lia mengenakan bikini warna biru tua yang kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Mataku tertuju di tonjolan dadanya yang aku perkirakan berukuran 36b. Kemudian pandanganku beralih kebawah menuju pahanya yang mulus di topang oleh sepasang kaki jenjangnya, menjadikan pesona tubuh Lia semakin sempurna. Aku hanya bisa menelan ludah saat itu dan berhayal seandainya aku bisa memeluk tubuh yang sexy itu betapa beruntungnya diriku. "Hai.. Kenapa melamun?" tegurnya mengejutkanku. "Aku sudah siap nih" sahut Lia melanjutkan. "Baiklah kalau begitu" ujarku menimpali tegurannya. Ini adalah pengalaman pertama bagi Lia untuk snorkeling, dan sebelumnya Lia minta di ajarin sampai bisa. Hal yang paling sulit adalah saat bernafas melalui mulut, karena seluruh wajah tertutup oleh masker, kecuali bagian mulut. Dengan penuh kesabaran aku mengajari cara-cara snorkeling yang umum dilakukan. Pertama aku membantunya memasang masker yang mana saat itu aku berdiri begitu dekat dengan nya, aroma khas tubuh Lia tercium sesaat, ketika aku membetulkan anak rambut yang menutupi raut wajahnya. Kemudian Lia memasang fin sendiri, tanpa aku bantu. Tak lama berselang tubuh kita berdua sudah masuk ke dalam air. Perlahan aku berenang beriringan dengan Lia menuju ke tengah, yang aku perhatikan gaya berenang Lia sangat bagus. Setelah pengenalan di air cukup, akhirnya aku berenang agak menjauh, untuk memberikan kepercayan buat Lia melakukan snorkelingnya. Dari dalam air, beberapa kali aku sempat memandangi bentuk tubuh Lia yang aduhai dari arah belakang saat dia berenang, mulai dari belahan pantatnya yang ranum sampai ke tonjolan di dadanya yang menantang. Kembali aku berenang beriringan dengan Lia untuk meyakinkan kalau dia baik-baik aja. Saat sedang asyiknya kita berenang, tiba-tiba kaki Lia kram. Dengan tindakan spontan aku memeluknya, agar tidak tenggelam dan membawanya ke sebuah batu karang besar yang menonjol di tengah laut. Kita berdiri di atas batu karang yang, masih menyisakan bagian leher kita yang tidak tenggelam. "Thanks ya Diet.. Atas bantuannya," Ujar Lia sesaat setelah kejadian itu. "Sama-sama," timpalku kemudian. Setelah acara snorkeling yang melelahkan, kita bersepakat untuk istirahat di bawah pohon cemara yang ada di tepian pantai. Sambil ngobrol tentang pribadi kita masing-masing, Lia meluruskan kakinya yang jenjang di hamparan pasir putih. Lia bercerita tentang kisah asmaranya dengan mantan pacarnya yang berakhir, karena cowoknya yang super sibuk sudah jarang lagi memperhatikannya. Aku berusaha menghiburnya dengan mengatakan, kalau seandainya kalian tulus saling mengasihi hal itu tidak akan terjadi dan yang lebih terpenting adalah kedewasaan pasangan itu sendiri dalam menentukan sikap. Sepertinya Lia sangat senang dengan pendapatku yang demikian, hal itu terlihat dari sikapnya yang terpancar lewat senyumnya yang mengembang. "Makasih ya Diet.. Kamu sudah mau menjadi teman curhatku," sahut Lia kemudian. Aku hanya tersenyum sambil mengatakan, "Saat ini aku sudah bisa membuat kamu tersenyum, mungkin saat lain kamu yang akan membuatku tersenyum." timpalku pelan. Tak terasa kedekatan ini membuat tubuh kita semakin dekat, aku mendahuluinya dengan merengkuh tubuhnya untuk merapat ke pelukanku. Lia hanya diam sambil tersipu malu. "Betapa bahagianya seorang cowok jika mendapatkan dirimu Lia," lanjutku lagi. "Kamu begitu baik, sabar, cantik dan memiliki tubuh yang sexy lagi," tambahku kemudian Yang di jawab dengan senyumannya yang mempesona. Dengan sedikit keberanian aku mendekatkan bibirku ke bibir Lia yang terbuka basah yang kedua matanya juga sudah terpejam. Sangat beruntung sekali suasana pantai siang itu sepi dan yang lebih menguntungkan lagi, karena memang lokasi kita duduk jauh berada di ujung. Dengan lembut aku mengulum bibir Lia yang ranum, dan terdengar desahan halus darinya. "Ohh.. Diet," desahnya. Sembari membisikan kata-kata mesra aku melanjutkan ciumanku. "Aku sayang kamu Lia," bisikku pelan. Tanganku juga tak tingal diam, dengan perlahan aku mengelus punggung Lia yang hanya di lapisi bikini tanpa bra di dalamnya. Sesaat tindakan ini membuat Lia semakin terangsang yang diiringi dengan sikap memelukku erat. "Oh.. Diet teruskan," desahnya lagi. Tanpa menghentikan tindakanku, tanganku yang satunya meremas payudara yang berukuran 36b itu dari luar bikini yang disambut dengan desahan berikutnya. "Ohh.." desah Lia kembali. Perlahan aku mulai membuka bikini Lia dari bagian atasnya dan berhenti sesaat sampai di pinggangnya, maka tersembulah payudara Lia yang ranum menggairahkan dengan di hiasi ujung nya yang merah dan mulai keras. Sepertinya Lia mulai terangsang sekali. Tanpa menunggu lama lidahku langsung mengecup permukaan payudar Lia dengan lembut dan pelan. Lidahku menelusuri setiap bagian payudaranya dengan lincah. Putingya aku hisap dengan lembut, sesaat setelah Lia bergetar pelan. Beralaskan kain pantai warna biru, aku merebahkan tubuh Lia yang sexy pelan. Aku melanjutkan kegiatanku dengan memegang telapak kaki Lia kemudian, sesaat setelah Lia menelentang dan mencumbui setiap jengkal kakinya. Di mulai dengan menjilati tepalak kakinya yang mulus dan jari-jari kakinya yang lentik. Lidahku juga menghisap ujung jari-jari kakinya, yang membuat Lia semakin menggelinjang lembut. "Oh.. Diet.. Kamu pintar menaikkan gairahku," desahnya pelan. Berikutnya lidahku berpindah untuk memberikan kepuasan lagi ke bagian tubuh Lia yang lain. Kali ini adalah bagian lehernya yang aku mulai dengan mencumbu bagian belakang telinganya. Kembali Lia mendesah pelan.. "Ohh.. Teruskan Diet," desahnya. Setelah cukup lama tangan Lia berdiam diri, akhirnya tergerak juga untuk mengambil bagian di kesempatan ini. Tonjolan di celana renangku sudah begitu keras, setelah tangan Lia masuk membelai penisku dengan lembut. "Oh.. Lia.. Sss.." desahku kemudian. Kemudian aku lanjutkan untuk membuka sisa dari bikini Lia yang di pinggang dengan menariknya kebawah sampai ke pangkal kaki. Dengan lembut aku menjulurkan lidahku ke bagian perut Lia yang ternyata dia sedikit kegelian. "Hek.. Geli Diet," ujarnya. Seketika aku menghentikan menjilati bagian perutnya, yang aku lanjutkan dengan menjlati pahanya bagian dalam yang berakhir di pangkalnya yang berbulu hitam dan sangat lebat, tapi tertata rapi dan beraroma khas. Tak lama berselang aku menjulurkan lidahku ke bibir luar vagina Lia dengan lembut. Hal ini menimbulkan sensasi tersendiri buat Lia. "Ohh.. Diet.. Sss.." desahnya bergetar. Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan ujung lidahku di clitorisnya yang sudah menonjol dikit. Tubuh Lia semakin bergetar setelah menerima perlakuan lidahku. "Ohh.. Enak.. Sayang.." desahnya pelan. Lendir di lubang vagina Lia semakin deras keluar, menandakan kalau Lia begitu terangsang hebat. "Ohh.. Diet.. Masukin sekarang.. Sayang.." pintanya mesra. Sambil merangkak aku kembali menciumi bibir Lia yang terbuka, karena menahan rangsangan yang hebat. Dengan lembut aku memegang penisku dan mengarahkan nya ke lubang vagina Lia pelan. Tanpa kesulitan aku melesakan penisku ke dalam lubang vagina Lia, karena lendir Lia cukup memudahkan bagi penisku untuk menyeruak ke bagian dalam vaginanya. "Ohh.. Tekan lebih dalam.. Diet.." pintanya kemudian. Yang diiringi dengan bibirnya mendesis lirih. "Ssshh.." desis Lia. Perlahan dan lembut aku memaju mundurkan pinggulku untuk menusukkan penisku lebih dalam lagi. Sret.. Sret.., irama penisku beradu dengan vagina Lia. Setelah cukup lama bersentuhan, terasa tubuh Lia bergetar dan mendesirlah cairan di dalam vagina Lia dengan hangat, menyirami kepala penisku. Lia mencapai orgasmenya di barengi dengan jeritan nya yang menggairahkan. "Diet.. Aku sampai.. Ohh.." teriaknya lembut. Kemudian aku mengecup bibir Lia dengan lembut, dan kembali memaju mundurkan penisku. Dalam beberapa saat aku merasakan tanda-tanda akan mencapai puncak, seketika aku mempercepat kocokan ku ke dalam vagina Lia. Sret.. Sret.. Sret, bunyi penisku beradu dengan vagina Lia. Bergetar tubuhku saat aku menyemprotkan spermaku ke dalam vagina Lia dengan deras, sambil memeluk erat tubuh Lia yang sexy. "Ohh.. Sayang.. Enak.. Sekali.." jeritku sesaat setelah spermaku membasahi seluruh bagian dalam vagina Lia. Setelah itu aku kembali mengecup bibir Lia dengan lembut dan membisikkan kata-kata.. "Makasih yah sayang.. Kamu sudah membahagiakan aku," bisikku lembut. Begitulah seterusnya kisah cinta antara aku dan Lia yang berujung hubungan lebih serius sepulang nya Lia Ke Jakarta.

[+/-] Selengkapnya...

100% Non Fiktif

Nama saya Dedi (25 tahun), saya berdomisili di Bandung. Adapun cerita ini bukan bohong ataupun dibuat-buat, atau juga hanya karangang semata, melainkan apa yang saya ceritakan di bawah ini adalah benar-benar terjadi pada kehidupan saya hingga kini. Setelah SMA, dengan sedikit memaksa aku ingin kuliah di Bandung. Sedikit banyak jiwa pemberontakanku mulai nampak. Aku bersikeras dengan keinginanku, meskipun pada awalnya kedua orangtua berusaha keras menolak. Di Bandung, awal-awal aku duduk di bangku kuliah, aku merasakan sebagai sosok lelaki yang kerdil. Dalam hati, aku seakan tidak dapat menerima pergaulan dengan mereka yang tidak bergaya hidup pas-pasan. Aku merasakan dapat menempatkan diri di tengah mereka. Entah mengapa, aku cenderung memilih-milih pergaulan. Tipikal yang menjadi temanku adalah mereka yang bergaya hidup wah. Aku cenderung menjauh dari pergaulan yang gaya hidup pas-pasan. Hal ini dikarenakan perasaan superiority complex yang ada di benakku. Dari pakaian yang dikenakan atau gaya bicara, aku dapat menilai, apakah mereka anak orang kaya sepertiku atau tidak. Ketika itu usiaku sudah 20 tahun. Belakangan, aku merasakan cocok dengan salah seorang teman yang bernama Tony. Kunilai dia anak orang kaya di kota lain terlihat dengan gemerlap kehidupannya yang suka sekali berfoya-foya. Kulihat lama-kelamaan dia pun seakan menunjukkan sikap yang cocok berteman denganku. Kami pun berteman baik. Namun di balik kebanggaanku bergaul dengannya, disitulah aku langkahkan kaki ke jalan yang salah untuk melangkah. Aku terlibat dalam pergaulan yang salah dan tidak wajar. Lambat laun, aku terbawa arus nakal Tony dan beberapa temannya. Kehidupanku yang gelamor dan banyak uang, seakan memuluskan jalan untuk berbuat seenaknya. Dari mulai minum-minum di beberapa cafe ataupun bar, menghisap 'gele' ataupun 'ganja' sampai 'putaw'. Tidak hanya itu, pergaulanku yang akrab itu belakangan membawaku pada keinginan 'main' dengan ABG yang kami booking dari pinggir jalan utama kota kembang ini. Dari semua pengalaman yang tadinya didasari rasa coba-coba dan ingin tahu itu, lama-kelamaan membuatku keranjingan. Kenakalanku tidak itu saja, melalui Tony pula aku diperkenalkan dengan seorang tante-tante yang umurnya kutaksir 35 tahun. Sebut saja namanya Tante Mia. Wanita itu, namanya membekas sampai sekarang, karena dialah wanita yang kuanggap mampu mengubah jalan hidupku. Dia wanita yang pertama kali kupeluk, kucium, dan juga wanita yang pertama kalinya yang tidur bersamaku. Sebenarnya, Tante Mia adalah isteri seorang pengusaha kaya. Karena sering kali kesepian akibat urusan bisnis suaminya, mengharuskan Tante Mia banyak ditinggal sendirian di rumah. Suaminya kerap kali melancong ke luar kota bahkan ke luar negeri dalam waktu lama. Awal perkenalan kami terjadi di sebuah cafe di sebuah hotel ternama di kawasan pusat kota di Bandung. Petang itu, aku datang bersama Tony yang lebih dulu akrab dengan Tante Mia. Sebenarnya aku tidak mengira kalau temanku itu sengaja menyodorkanku untuk memuaskan nafsu birahi Tante Mia. Semua itu baru terungkap saat temanku mohon diri dengan alasan ada kepentingan mendadak. Jadilah kami hanya menikmati lembutnya alunan musik live berduaan saja. Awalnya, hanya sekedar ngobrol sana-sini, namun satu ketika Tante Mia mengisyaratkan satu tingkah nakal. Tak pelak sebagai lelaki normal, semua itu mengundang birahiku. Rasanya klop sudah, saat dia menawarkanku untuk menginap di hotel dimana dia telah booking kamar. Aku yang awalnya merasa ragu, akhirnya tidak berkutik, aku pun bagaikan kerbau dicocok hidungnya. Kuiyakan saja semua permintaan Tante Mia, termasuk keinginannya mengajaku menginap di hotel. Dalam hati aku berpikir, rasanya sangat disayangkan jika semuanya ini disia-siakan. Meskipun tubuhnya tidak terlalu tinggi untuk seukuran wanita indonesia, wajahnya yang bersih dan terawat, menyiratkan bias kecantikannya. Gaya bicaranya yang mirip dengan yang dikatakan ABG kekinian, menambah kecentilan Tante Mia. Kuungkapkan keraguan jika nantinya Tony datang dan mencari kami dimana dia meninggalkan kami berdua di cafe tersebut, namun semua kekhawatiran itu hanya ditanggapi dengan senyum tenang dan menawan yang merekah di kedua bibir Tante Mia. Dia pun meyakinkanku bahwa Tony tidak akan kembali ke cafe lagi. Dapat ditebak apa yang akan terjadi, jika lelaki normal yang telah dewasa berduaan di dalam kamar bersama wanita cantik dan matang, yang ada tentu kobaran nafsu yang menggelora. Dan benar saja, hubungan badan pun terjadi di antara kami. Dibelainya rambutku, didekapnya tubuhku yang tak berbalut selembar kain pun. Dadaku dielus dan diciumi dengan penuh nafsu. Saling pagut dan raba pun tidak terelakkan lagi. Kemudian apa yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh suami-istri itu bersama Tante Mia dengan nafsu yang bergelora itu pun terjadi. Tidak hanya sekali, aku melakukannya saat malam itu. Tenaga Tante Mia yang sangat liar memacu gelora birahi. Aku merasa begitu tersanjung, sekaligus banyak belajar dari Tante Mia. Sungguh aku merasakan ada pengalaman baru dan sangat mengesankan yang selama ini belum pernah kualami. Kurasakan juga bagaimana gelora birahinya yang menggebu. Aku merasa tertantang untuk mengimbanginya. Dan ternyata aku berhasil memuasinya. Ini dikatakannya sendiri oleh Tante Mia. Setelah puas dengan permainan binal Tante Mia di atas ranjang, kembali kegundahan menyeriangi di benakku. Kepada Tante Mia kuwanti-wanti untuk tidak menceritakannya kepada Tony ataupun siapa saja. Namun dia hanya tersenyum tipis menghadapi kegundahanku. "Kenapa mesti risau..? Tony adalah kekasih gelapku juga. Dalam waktu-waktu tertentu, dengan senang hati dia melayaniku.." kata Tante Mia. Setelah itu, jadilah aku mulai ikut berpetualang sebagai pemuas nafsu seks, kukejar perasaan nikmat dan gairahku dengan Tante Erlyn, Tante Sofia, Tante Sally, dan beberapa tante lainnya. Aku pun seakan dimanjakan oleh mereka dengan limpahan uang yang datangnya bagaikan air yang mengalir. Namun aku memiliki langganan yang mengaku sangat terkesan dengan pelayananku. Dia seorang dokter di Jakarta. Perkenalanku terjadi saat di suatu sore tiba-tiba HP-ku berdering. Dengan dalih untuk dipijat tubuhnya, suara wanita itu menginginkan agar aku datang ke sebuah hotel di kawasan jantung kota Bandung. Aku pun meluncur ke hotel yang dimaksud. Sore itu menjadi awal bagi permainan yang panas dengan sang dokter yang sedang mengikuti seminar di Bandung ini. Dokter yang berwajah cantik itu sangat ganas memperlakukanku, nafsu birahinya yang besar membuatku kewalahan. Tidak hanya di tempat tidur saja dia menginginkan permainan panas denganku. Itu semua dilakukan di sofa ruang tamu kamar hotel, di kamar mandi, ataupun di kaca rias kamar suite yang disewanya itu. Setelah puas, baru ia memberiku banyak uang, Dan rasanya itulah rekor bayaranku yang kuterima sebagai gigolo pemuas nafsu. Dia pun barjanji akan kembali lagi untuk memintaku untuk melayaninya. Benar saja, beberapa bulan kemudian sang dokter itu kembali lagi ke Bandung, kali ini dia tidak sendiri, melainkan membawa 2 orang temannya yang mengaku Tante Lusi, dan Tante Nina. Setelah aku diminta melayani mereka bertiga, aku pun melakukannya dengan baik hingga mereka puas. Tidak hanya sekaligus kami bertiga bermain, melainkan aku melayaninya satu persatu. Keesokan paginya mereka pun kembali ke Jakarta. Tetapi alangkah terkejutnya aku, minggu kemudian sang dokter kembali lagi bersama temannya kembali, kali ini hanya seorang, dia bernama Tante Siska. Seperti sebelumnya, dia meminta kupuasi nafsu seksnya, sebelum akhirnya memintaku untuk melakukan hal yang sama terhadap temannya itu. Kali ini dalam benakku ada berbagai pertanyaan, "Ada apa di balik keanehan ini..?" Dalam suatu kesempatan, terbukalah tabir rahasia itu. Menurut Tante Siska teman sang dokter itu, dia adalah salah satu anggota arisan yang bandarnya adalah Ibu dokter itu. Mereka beranggapan bahwa aku lah pria yang dipilih, dan yang paling hebat, dan kuat dalam memuasi mereka.Jadi aku dijadikan komoditi arisan seks oleh mereka yang terdiri dari istri pengusaha dan pejabat. Gila, betapa terkejutnya aku mendapat jawaban itu. Namun aku berusaha mengendalikan kegundahanku, aku tidak perduli dengan perasaanku, toh aku mendapat imbalan jasa yang sangat besar dari mereka. Dan aku pun dapat memanfaat uang tersebut untuk kuliahku.

[+/-] Selengkapnya...

'Proyek' Ibu dan Anaknya

Aku adalah seorang profesional di bidang seni boleh dikata sebagai konsultan bidang seni dekorasi. Aku mempunyai rumah yang ku jadikan kantor sederhana tapi cukup baik untuk kerja sendiri. Di kantor ini aku mempunyai seorang penjaga yang merangkap sebagai tukang pada saat saya mempunyai proyek dekorasi, tukang ku ini memiliki keluarga yang aku tampung juga dikantor, yah itung-itung untuk ikut membersihkan kantor, memasak, atau apa saja. Tukangku ini bernama Parmin, istrinya Neneng asli Tasikmalaya, anaknya N'tien masih sekolah SMEA kelas 1 (ini pun aku juga yang suruh sekolah) Setiap harinya aku kerja hanya ditemani Neneng di kantor karena Parmin selalu kusuruh mengawasi beberapa Proyek Renovasi, terus terang tubuh Neneng sangat indah meskipun anaknya sudah besar, kulitnya putih, dadanya tidak besar namun padat, wajahnya pun tidak terlalu cantik atau ayu, tapi sangat merangsang apalagi bibirnya yang selalu basah. Suatu hari seperti biasa pagi hari Neneng buatkan kopi susu kesukaanku, sekilas aku iseng bertanya kepadanya " Neng, kamu potong rambut ya?" " ahh enggak pak, cuman digelung aja", Aku berdiri menghampirinya sambil kuberanikan mengelus rambutnya, "Kamu lebih bagus dilepas..", Sambil tanganku mengelus rambut terus turun ke leher belakangnya, dia menggelinjang. "..ahh pak..geli", Aku mulai nekat kupegang pundaknya dari belakang, lalu kubalikkan badannya menghadap aku, dan langsung aku cium bibirnya, tiada pemberontakan, tidak ada penolakan, yang ada hanya desahannya .. " Pak saya malu.., bapak nggak boleh pak, kan bapak sudah ada ibu, saya juga udah ada kang Parmin". Tapi aku sudah nggak tahan, aku kecup lagi sambil meraih dadanya, kuangkat bajunya, kutarik BHnya, kemudian kutarik roknya kebawah (dia pakai rok yang pakai karet) sambil lidahku terus menjilat tubuhnya, putingnya yang merah sudah mengeras, aku sudah nggak sabar, aku tarik celana dalamnya, kurebahkan ia di lantai, lalu ku jilat permukaan vaginanya, sama sekali tidak berbau, dan rambutnyapun sangat lembut dan tipis. Aku langsung jilat, dia mulai membuka lebar selangkangannya dan terus merintih.. "ahh..augh..pak, he eh..ach, au.." Lalu aku berdiri dan melucuti pakaianku dengan tidak sabar, pada saat penis ku keluar dari celana dia terpekik " Aach..besar ..pak..", pelan-pelan kuhampiri wajahnya, ku kulum lembut bibirnya yang basah, kuarahkan kemaluanku ke mulutnya, sambil mendesah dia raih penisku, lalu dijilatnya ujung penisku,.. "uhh " Rasanya nikmat sekali, dia genggam dengan lembut pangkal kemaluanku, karena mulutnya juga tidak muat semua untuk penisku masuk. Aku mulai bergerilya kembali di vaginanya, bibir kemaluannya ku hisap dan sedot, lidahku menjulur kedalam, tiba-tiba lidahku dikejutkan oleh semburan lembut didalam vaginanya asin, gurih, dan hangat, tapi aku suka sekali.. " "Aach..ach..aachh, Neng..dapet..pak, ..uhh ..ahh" Lenguhnya panjang sekali seraya kepalaku dijepit kedua pahanya yang mulus.. "Neng, sekarang aku mau kamu nrima ini ya" sambil kuarahkan penisku keliang vaginanya yang basah berlendir, "he..eh..pak", aku hujamkan perlahan penisku.. "ugh.." Hangat , sempit, licin, dan memijat yang aku rasakan dipenisku. Aku mulai memompa keatas kebawah, keringatku menetes diatas dadanya yang membusung, kepalanya geleng-geleng kekiri kekanan, bibir bawahnya ia gigit, tangannya menggapai pundakku, ia terus mendesis, "Aaah..aah..teerus..ahh", Aku nafsu sekali melihat ekspresi wajahnya yang berkeringat, langsung puting dadanya kukulum, kujilat, dan kuhisap.. Sampai ketika dia menjepit pinggangku dengan kedua pahanya bersilang, dan mengangkat pantatnya seraya berteriak "Aaach..aach..paak..aacchh" Aku merasakan siraman hangat penisku disiram lendir klimaksnya yang kedua, lalu aku pun semakin keras mendorong dan mengangkat penisku, lalu "Uuuh..ouugh..uuh..hehh" Spermaku kusembur kedalam vaginanya, keringatku mengucur, lemas, kupeluk ia, kucium ia, lalu aku bisikkan, "Kamu nikmat sekali..", " Pak..Neng juga ngrasa puas banget ama Bapak.., punya Bapak kerasa banget didalem..maaf pak.. Neng suka sekali" Lalu aku bangkit dari lantai berpakaian kembali, Neneng pun demikian, merapikan diri seolah tidak terjadi apa-apa. Keesokan harinya anaknya libur sekolah, aku tidak tahu, kalau N'tien libur saat itu, aku cari ibunya dikamar belakang, pada saat kubuka pintu kamarnya ternyata N'tien sedang merogoh kemaluan dicelana dalamnya sambil memegang robekan gambar porno orang bersetubuh, tanpa menggunakan rok, yah ..gawat.. Untuk menutupi rasa maluku aku bertanya "Kamu kok nggak sekolah?, lagi ngapain kamu kok punya sendiri dipegang-pegang?, ibumu mana?" Dengan muka merah tangan menarik bantal menutupi pahanya dia menjawab tergagap " Eee. Ibu ke pasar Pak ,..terus mau kekantor Pos,..eeN'tien ee lagi garuk aja.." Aku hampiri dia "N'tien nggak usah malu, N'tien kan sudah gede..N'tien juga perlu tau punya laki-laki yang asli dari pada liat gambar yang gak jelas gitu.." Dia mulai nggak gugup "sini saya terangin"' sambil tanganku menarik lengannya mendekatiku, aku genggam pergelangan tangannya "nih, pegang" sambil kubuka celanaku penisku kukeluarkan, "gini caranya", kubiarkan tangannya meremas penisku, aku serasa melambung.. "ohh", lalu aku rebahkan dia di ranjang ku pelorotkan celana dalamnya, kubuka kaos dan BHnya, lalu aku juga telanjang didepannya "Nti'en diem aja dulu ya, kamu rasain aja, yang penting kamu merem.." Lalu aku menggapai putingnya yang ranum kecil , buah dadanya naik turun, terus kukulum dan kujilat, lalu aku naik ke wajahnya yang manis, kukecup bibirnya, kukulum lidahnya, dia pasrah saja, tangannya mulai meremas sprei, tanganku juga terus meraba dadanya dan vaginanya yang sudah banjir..lalu kukuak kakinya agar mengangkang lebar, mulai kujilati liang vaginanya yang banjir aku hisap sedot, aku nafsu sekali..dia terus bergetar tiada henti.. "Aach..aach..ach" desisnya , Terus berulang, hingga dia berkata lirih " Pak N'tien cape , ngarasain enak terus..ach..ahh.." Matanya mulai terpejam, aku tahu dia sudah berulang mendapatkan klimaks, tapi aku belum apa-apa, karena sudah kepalang basah aku angkat kedua kakinya lalu aku hujamkan secara perlahan penisku, tiba-tiba matanya mendelik menahan sakit, namun aku sudah tanggung, kuteruskan secara perlahan.. "Uuuh..ahh..ampun pak..sakit pak..perih..aah, " aku tidak perduli " 'Ntien bentar kok,..ntar juga enak kayak tadi.." Sambil terus kudorong, lama-lama dia tidak berdesis namun hanya menggigit bibir, ternyata lendirnya mulai muncul kembali, aku pompa lagi hingga aku berhasil memerawaninya. Setelah 20 menit aku mulai merasakan gesekanku tersambut didalam vaginanya aku rasakan betapa niknmatnya vagina seoarang perawan.. Aku tahu dia sudah 2 kali klimaks pada saat aku menyetubuhinya, aku merasakan klimaksku semakin mendekat.., dan "arghh..aah..uuhh.." Yah aku semprotkan spermaku dalam vaginanya, aku tidak sempat menariknya..tapi apa mau dikata kenikmatan tidak bisa ditahan. Mulai saat itu tiap pagi aku setubuhi Neneng ibunya dan N'tien setiap ada kesempatan, seperti kuajak beli buku (padahal ke motel) ..dan aku tetap dianggap Bapak angkat oleh Bapaknya yang semakin sering kusuruh mengerjakan proyek luar kota agar aku bebas menikmati isteri dan anaknya.

[+/-] Selengkapnya...