Friday 25 June 2010

Kamar 19

Nama saya Paul dan tentunya itu bukan nama asliku karena aku tidak mau jika ada temanku yang membaca kisah nyataku. Saya sekarang sedang mengambil study di Australia di bagian Electronic Commerce. Semenjak saya lulus dari Bachelor study, banyak teman-teman saya yang berasal dari Indonesia pulang dan bekerja di Indonesia sehingga kehidupan saya di Perth terasa sangat membosankan karena teman baruku sekarang tidak seheboh teman-teman lamaku. Karena kebosananku inilah, yang membuatku mengalami kejadian nikmat ini. Suatu ketika, saya merasakan kebosanan yang amat sangat apalagi ketika teman serumah saya selalu menganggu saya dengan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran. Walaupun saya selalu menjawab pertanyaannya dengan baik, dalam hati, saya sangat jengkel dengan mulutnya yang sangat cerewet. Untuk menghindari mulutnya yang tidak bisa diam tersebut, saya akhirnya jalan-jalan. Tak lama kemudian, pintu kamar saya terbuka dan masuklah cewek yang saya pesan tadi. Saya kaget sekali karena cewek yang berada di depan saya ini lebih cantik dari cewek yang saya pesan di meja depan. Saya menurut saja dan cewek itu mulai mengenalkan dirinya bernama Jennifer. Beberapa saat kugerak-gerakkan ujung jari manisku di sekitar simpul-simpul saraf tersebut, dan terlihat pinggulnya berguncang hebat ke atas dan ke bawah mengikuti gerakan keluar masuknya jariku di dalam lubang kemaluannya. Berselingan kupermainkan antara lidahku di sekitar pusar dan jari manisku. "Aaahhh.. auww.. please masukin dong Paul", kata Jennifer. Tapi karena saya berusaha untuk menenangkan diri dari nafsuku yang juga membara, maka kutahan untuk tidak segera memulainya. Saya sudah telanjang bulat dan juga Jennifer, ternyata semakin terlihat badannya yang putih mulus dan tidak ada cacatnya, perutnya yang rata dan terlihat sedikit berbuku-buku dan betapa menariknya rambut kemaluan dan daging klitorisnya yang begitu rapi bagaikan di buat oleh dokter bedah plastik. Setelah kami bercinta selama 1 jam lamanya, saya kemudian berbenah diri dan mencium Jennifer sebelum saya meninggalkan kamar nomor 19 dan tempat yang memberikan kenangan tersendiri. Saya berharap agar saya bisa sekali lagi menikmati liang kenikmatan Jennifer. Ketika saya keluar dari tempat itu, saya baru sadar bahwa saya baru saja bercinta dengan Jennifer tanpa memakai kondom dan saya cuma tersenyum saja.

No comments:

Post a Comment